Jumat, 11 Desember 2015

LAPORAN PENDAHULUAN BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

Laporan Pendahuluan
BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
A.      Konsep Medik
1.        Definisi
BPH merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia lanjut, yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat pada epitel prostat dan daerah transisi jaringan fibromuskular pada daerah periuretral yang bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urine yang tertahan.
Benigna Prostat Hiperplasia atau lebih dikenal dengan BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan retriksi pada jalan urine (uretra). (Setih Setio)
Secara histologi, BPH dapat didefinisikan sebagai pembesaran nodular secara regional dengan kombinasi poliferasi stromadan grandular yang berbeda (Berry SJ,1984)
2.        Etiologi
Penyebab timbulnya BPH adalah :
a.       Adanya perubahan kesimbangan antara hormon testosteron dan esterogen pada usia lanjut
b.      Peranan dari faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat
c.       Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karen berkurangnya sel yang mati
d.      Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi yang normal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
3.        Patofisiologi
Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih bisa menghasilkan hormon testosteron. Disamping itu pengaruh hormon lain (esterogen), diet tertentu, faktor-faktor lingkungan yang diduga berperan dalam proliferasi sel-sel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat.
Tonjolan ini dapat menekan uretra lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah, atau menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu merupakan suatu polip yang sewaktu-waktu dapat menutupi lumen uretra.
Warnanya bermacam-macam tergantung pada unsur yang bertambah. Apabila yang bertambah khususnya unsur kelenjar, maka warnanya kuning kemerahan, berkonsistensi lunak. Apabila unsur fibromuskular, yang bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak mengeluarkan cairan.
Gambaran mikroskopik juga bermacam-macam tergantung pada unsur yang berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah unsur kelenjar sehingga terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista-kista yang dilapisi epitel torak selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil-papil ke dalam lumen. Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar yang kecil-kecil sehingga menyerupai dengan karsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat sekret granular, epitel yang terlepas. Apabila unsur fibromuskular yang bertambah maka terjadi gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang letaknya berjauhan.
4.        Tanda dan gejala
*   Gejala klinis
Gejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi 2 kelompok:
a.    Gejala iritatif, terdiri dari sering buang air kecil, tergesa-gesa untuk buang air kecil, buang air kecil dimalam hari lebih dari satu kali, dan sulit menahan buang air kecil
b.    Gejala obstruksi, terdiri dari pancaran yang melemah, akhir buang air kecil belum terasa kosong, menunggu lama pada permulaan buang air kecil,  harus mengedan saat buang air kecil, buang air kecil sering terputus-putus, dan waktu buang air kecil memanjang yang akhrnya menjadi retensi urin dan bisa terjadi inkontinensia urin.
*   Tanda klinis
Tanda klinis dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran pada prostat. Pada BPH, prostat teraba membesar dengan konsistensi kenyal.
5.        Pemeriksanaan penunjang
a.    Pemeriksaan colok dubur atau DRE (Digital Rectal Examina-tion) merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien BPH untuk memperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan prostat.
b.    Urinalisis, dapat mengungkap adanya leukosituria dan hematuria.
c.    Pemeriksaan fungsi ginjal, berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas
d.   Kultur urine, dapat menunjukkan Staphylococcus aureus, Proteus, Klebsiella, pseudomonas, atau Escherichia coli.
e.    Uroflometri, merupakan pemeriksaan untuk mencatat pancaran urin selama miksi secara elektronik. Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui adanya obstruksi saluran kemih bagian bawah yang tidak invasif.
f.     IVP dengan film pasca berkemih : Menunjukkan pelambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih dan adanya pembesaran prostat, divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
g.    Sistouretrografi berkemih : digunakan sebagai ganti IVP untuk memvisualisasi kandung kemih dan uretra.
h.    Sistouretroskopi    : Untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan perubahan dinding kandung kemih.
i.      Ultrasound transrektal  : Mengukur ukuran prostate dan jumlah residu urine, dalam hal ini residu urine menjadi patokan yaitu dibagi menjadi beberapa derajat antara lain :
1. Derajat I, sisa urine < 50 ml.
2. Derajat II, sisa urine 50-150 ml.
3. Derajat III, sisa urine > 150 ml.
4. Derajat IV, retensi urine total.
j.      USG ( Ultrasonografi ), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual urine.
6.        Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien benigna prostat hiperplasia terdiri dari penatalaksanaan medis, penatalaksanaan keperawatan dan penatalaksanaan diit.
a.    Penatalaksanaan medis
·      Pemberian obat-obatan antara lain Alfa 1-blocker seperti : doxazosin, prazosin tamsulosin dan terazosin. Obat-obat tersebut menyebabkan pengenduran otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita lebih mudah berkemih. Finasterid, obat ini menyebabkan meningkatnya laju aliran kemih dan mengurangi gejala. Efek samping dari obat ini adalah berkurangnya gairah seksual. Untuk prostatitis kronis diberikan antibiotik.
·      Pembedahan
1)   Trans Urethral Reseksi Prostat ( TUR atau TURP ) prosedur pembedahan yang dilakukan melalui endoskopi TUR dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus tengah yang langsung melingkari uretra. Sedapat mungkin hanya sedikit jaringan yang mengalami reseksi sehingga pendarahan yang besar dapat dicegah dan kebutuhan waktu untuk bedah tidak terlalu lama.
2)   Prostatektomi suprapubis adalah salah satu metode mengangkat kelenjar prostat dari uretra melalui kandung kemih..
3)   Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar prostat melalui suatu insisi dalam perineum yaitu diantara skrotum dan rektum.
4)   Prostatektomi retropubik adalah insisi abdomen mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
5)   Insisi prostat transuretral (TUIP) adalah prosedur pembedahan dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra.
6)   Trans Uretral Needle Ablation ( TUNA ), alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan  mengalirkan panas sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap dijaringan prostat.
b.    Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner and Suddart, (2000)
·      Mandi air hangat
·      Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul.
·      Menghindari minuman beralkohol
·      Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada malam hari.
·      Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum tidur.
c.    Penatalaksanaan diit menurut Brunner and Suddart, (2000)
Klien dengan benigna prostat hiperplasia dianjurkan untuk menghindari minuman beralkohol, kopi, teh, coklat, cola, dan makanan yang terlalu berbumbu serta menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada malam hari.
7.        Komplikasi
*   Urinary traktus infection
*   Hematuria
*   Impotensi
*   Inkontinensia urin
*   Gagal ginjal
8.        Prognosis
jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO)1,5. Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
B.       Konsep Keperawatan
1.        Pengkajian
a.    Sirkulasi
Penigkatan tekanan darah
b.    Eliminasi
*   Penurunan kekuatan kateter berkemih
*   Ketidakmampuan pengosongan kanding kemih
*   Nokturia, disuria, dan hematuria
*   Duduk dalam mengosongkan kandung kemih
*   Konstipasi karena ada penonjolan prostat ke rektum
c.    Masukan cairan
*   Anoreksia, nausea, vomiting
*   Kehilangan BB mendadak
d.   Nyeri nyaman
*   Suprapubis, panggul, nyeri belakang, nyeri pinggang belakang, intens (pada prostatitis akut)
*   Rasa nyaman : demam
e.    Seksualitas
*   Perhatikan pada efek dari kondisinya
*   Takut beser kencing pada kegiatan intim
*   Penurunan kontraksi ejakulasi
*   Pembesaran prostat
f.     Pengetahuan/pendidikan
*   Riwayat adanya kanker dalam keluarga, hipertensi, penyakit diabetes
*   Penggunaan obat antihipertensi atau antidepresan, antibiotik untuk saluran kencing, obat alergi
2.        Diagnosa keperawatan`
Pre Operasi
1.      Nyeri Akut
2.      Retensi urin
3.      Resiko kekurangan volume cairan
4.      Disfungsi seksual
5.      Resiko infeksi
6.      ansietas
Intra Operatif
1.      Resiko Infeksi
Post Operasi
1.    Nyeri Akut
2.    Resiko infeksi
3.    Defisit pengetahuan




3.        Intervensi
Pre operasi
No
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1.
Nyeri akut
Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

Batasan karakteristik
·     Subjektif
Ø Melaporkan atau mengungkapkan secara verbal (nyeri) dengan isyarat
·     Objektif
Ø Posisi untuk menghindari nyeri
Ø Perubahan tonus oto (dari rentang lemas tidak bertenaga sampai kaku)
Ø Perubahan selera makan
Ø Perilaku distraksi (misal ; mondar-mandir, mencari orang, akivitas berulang)
Ø Wajah topeng (nyeri)
Ø Perilaku menjaga dan sifat melindungi
Ø Bukti nyeri yang dapat diamati
Ø Berfokus pada diri sendiri
Ø Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
NOC:
1.       Tingkat kenyamanan
2.       Kontrol nyeri
3.       Tingkat nyeri

Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam nyeri klien teratasi, dengan indicator:
·  Tingkat kenyamanan.
Ø Dapat melakukan aktivitas seperti biasa tanpa harus merasakan nyeri.
·     Kontrol nyeri
Ø Mampu mengenali faktor penyebab
Ø Mampu melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
Ø Mampu mengenali gejala-gejala nyeri
·  Tingkat nyeri
Ø Mampu melaporkan adanya nyeri, frekuensi nyeri dan episode lamanya nyeri.
Ø Tanda-tanda vital kembali normal.
Manajemen nyeri
Ø  Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
Ø  Gunakan komunkasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
Ø  Kaji tingkat keetidaknyamanan pasien dan catat perubahan dalam catatan medik dan informasikan kepada seluruh tenaga yang menangani pasien
Ø  Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran.
Ø  Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan  (ex: temperatur ruangan, penyinaran, dll).
Ø  Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien.
Ø  Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
Ø  Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri (farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal).
Ø  Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tenaga profesional lain untuk memilh tenik non farmakologi
Pemberian analgetik
Ø  Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik.
Ø  Kaji adanya alergi obat.
Ø  Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik saat pertama kali atau jika muncul tanda yang tidak biasanya.
Ø  Kaji kebutuhan akan kenyamanan atau aktivitas lain yang membantu relaksasi untuk memfasilitasi respon analgetik.
Ø  Evaluasi kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam pemilihan jenis analgetik, rute, dan dosis yang akan digunakan.
Ø  Pilih analgetik atau kombinasi analgetik yang sesuai ketika menggunakan lebih dari satu obat.
Ø  Tentukan pilihan jenis analgetik (narkotik, non-narkotik, atau NSAID/obat anti inflamasi non steroid) bergantung dari tipe dan beratnya nyeri.
Ø  Berikan analgetik sesuai jam pemberian.
Ø  Dokumentasikan respon analgetik dan efek yang muncul.
Ø  Kolaborasikan dengan dokter jika obat, dosis, dan rute pemberian, atau perubahan interval diindikasikan, buat rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip kesamaan analgetik

HE
Ø  Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus ketika meminum obat tersebut
Ø  Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawar jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
Ø  Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
Ø  Perbaiki kesalahan presepsi terhadap analgesik narkotik
Ø  Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung
Ø  Ajarkan penggunaan tenik nonfarmakologis
2.
Retensi urine
Definisi
Retensi urine adalah ketidak sempurnaan pengosongan kandung kemih.

Batasan Karakteristik
Subjektif :
Ø  Disuria
Ø  Sensasi kandung kemih penuh
Objektif :
Ø  Distensi kandung kemih
Ø  Urine Menetes
Ø  Inkontinensia Over flow
Ø  Urine residu
Ø  Haluaran urine sering dan sedikit atau tidak ada

Faktor-faktor Yang berhubungan
Ø  Sumbatan
Ø  Tingginya tekanan uretra yang di sebabkan oleh kelemahan destrusor
Ø  Inhibisi arkus refleks
Ø  Sfingter yang kuat
NOC
1.      Kontinensia urine
2.      Eliminasi Urine

Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam pasien menunjukan jumlah urin normal tanpa ada retensi dengan indikator :
·      Kontinensia urin
Ø Mengosongkan kandung kemih secara tuntas
Ø Menunjukan pengosongan kandung kemih dengan prosedur bersih kateterisasi intermiten mandiri
·      Eliminasi urin
Ø Mempunyai asupan dan haluaran 24 jam
Perawatan retensi urin
Ø  Pantau penggunaan agens non resep dengan anti kolinergik atau agonis alfa
Ø  Pantau efek obat resep, seperti penyekat saluran kalsium dan anti kolinergik.
Ø  Pantau asupan dan haluaran.
Ø  Pantau derajat distensi kandung kemih melalui palpasi dan perkusi.
Ø  Rujuk pada spesialis kontinensia urine jika di perlukan.
Ø  Berikan prifasi untuk eliminasi.
Ø  Gunakan kekuatan sugesti dengan mengalirkan air dan membilas toilet.
Ø  Stimulasi refleks kandung kemih dengan menempelkan es keabdomen, menekan bagian dalam paha atau mengalirkan air.
Ø  Berikan cukup waktu untuk pengosongan kandung kemih (10 menit)
Manajemen eliminasi urin
Ø  Identifikasi dan dokumentasikan pola pengosongan kandung kemih
Ø  Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang adekuat tanpa menyebabkan kandung kemih over distensi
Ø  Lakukan program pelatihan untuk pengosongan kandung kemih,
Kateterisasi urine
Ø  Lakukan kateterisasi untuk mengeluarkan urine residu jika di perlukan
Ø  Rujuk ke perawat terapi enterostoma untuk instruksi kateterisasi intermiten mandiri menggunakan prosedur bersih setiap 4-6 jam pada saat terjaga

HE
Ø  Instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat urine bila di perlukan.
Ø  Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih yang harus dilaporkan (misal; demam, menggigil, nyeri pinggang, hematuria serta perubahan konsistensi dan bau urine)
3.
Resiko kekurangan volume cairan
Definisi
Resiko kekurangan Volume Cairan Adalah Kondisi Individu yang beresiko mengalami dehidrasi Vaskular, selular, Intraselular

Faktor resiko
·     Penyimpangan yang mempengaruhi akses untuk pemasukan atau absorpsi cairan.
·     Kehilangan yang berlebihan melalui rute normal ( Mis; Diare).
·     Usia ekstrime (Bayi Baru Lahir Atau Lansia)
·     Berat badan ekstrime ( Kurang atau Berlebih)
·     Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Cairan (Mis; Status Hipermetabolik)
·     Defisiensi Pengetahuan (Yang berhubungan Dengan Volume Cairan).
·     Kehilangan Cairan Melalui Rute yang tidak normal (Mis; Slang Kateter Menetap)
·     Obat (diuretik)
NOC
1.      Keseimbangan Elektrolit dan asam basa
2.      Keseimbangan cairan
3.      Hidrasi
4.      Status nutrisi.

Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jumlah cairan yang masuk dan keluar seimbang, yang dapat dibuktikan dengan indikator ;
·    Keseimbangan elektrolit dan asam basa
Ø Pasien memiliki konsentrasi urine yang normal
Ø Pasien memilki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
·    Keseimbangan cairan
Ø Pasien memiliki asupan cairan oral dan/atau intravena yang adekuat
·    Hidrasi
Ø Pasien tidak mengalami haus yang tidak normal
Ø Pasien dapat menampilkan hidrasi yang normal (membran mukosa lembab dan mampu berkeringat)
·    Status nutrisi ; asupan makanan dan cairan
Ø Pasien memiliki asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam
Manajemen elektrolit
Ø  Pantau hasil labolatorium yang relevan dengan keseimbangan cairan (misal; kadar hematokrit, BUN, albumin, protein total, osmolalitas serum, dan berat jenis urine)
Ø  Laporkan abnormalitas elektrolit

Manajemen cairan
Ø  Pantau Status Hidrasi (Mis; Kelembapan Membran Mukosa, Ke adekuatan Nadi, Dan Tekanan Darah Ortostatik)
Ø  Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran.
Ø  Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan
Ø  Berikan terapi IV, Sesuai Program
Ø  Tingkatkan asupan oral jika perlu.
Ø  Berikan cairan sesuai keperluan
Ø  Pasang kateter jika perlu.
Ø  Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung asupan yang di perlukan sepanjang sif siang, sore dan malam.
Pemantauan cairan
Ø  Pantau Warna, Jumlah, Dan Frekuensi kehilangan cairan.
Ø  Cek arahan lanjut klien untuk menentukan apakah penggantian cairan pada pasien sakit terminal tetap dilakukan
Manajemen cairan/elektrolit
Ø  Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
Ø  Identifikasi faktor terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misal; obat-obatan, demam, stres, dan program pengobatan
Ø  Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misal ; diare, drainase luka, diaforesis)
Manajemen hipovolemia
Ø  Atur ketersedian produk darah untuk transfusi, bila di perlukan.
Ø  Pantau perdarahan ( Mis; Periksa Seluruh sekret Dari adanya darah nyat atau darah samar)
Manajemen syok
Ø  Ubah Posisi pasien Trendelenburg  Atau tinggikan tungkai pasien bila hipotensi, kecuali di kontra indikasikan
HE
Ø  Anjurkan pasien untuk menginformasika perawat bila haus
4.
Disfungsi seksual
Definisi
Kondisi ketika individu mengalami perubahan fungsi seksual selama fase respon gairah seksual, rangsang seksual, dan/atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak ada penghargaan, dan tidak adekuat
Batasan karakteristik
·     Subjetif
Ø Perubahan dalam penerimaan kepuasan seksual
Ø Ketidakmampuan untuk mencapai kepuasan yang diharapkan
Ø Menyatakan masalah
Ø Persepsi keterbatasan akibat penyakit atau terapi
·     Objektif
Ø Pembatasan aktual akibat penyakit atau terapi
Ø Mencari penegasan tentang kemampuan respon gairah seksual
Ø Perubahan dalam pencapaian persepsi peran seks
Faktor yang berhubungan
·     Perubahan struktur atau fungsi tubuh
·     Salah informasi atau kurang pengetahuan
·     Penganiayaan fisik
·     Konflik nilai
·     Ringkih
·     Ketiadaan model peran atau model peran tidak berpengaruh
Perubahan biopsikososial seksualitas
NOC
·    Penuaan fisik
·    Fungsi seksual
·    Identitas seksual

Setelah di lakukan tindakan keperawatan ....x 24 jam pasien dapat menunjukkan perbaikan dari disfungsi seksual yang dapat dibuktikan ;
·    Penuaan fisik
Ø Beradaptasi dengan model ekspresi seksual untuk mengakomodasikan perubahan fisik akibat usia dan akibat penyakit
·    Fungsi seksual
Ø Meminta informasi yang dibutuhkan tentang perubahan fungsi seksual
Ø Menunjukan keinginan untuk mendiskusikan perubahan fungsi seksual
·    Identitas seksual
Ø Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang pembatasan atas indikasi medis
Konseling seksual
Ø  Awali pertanyaan tentang seksualitas dengan suatu pernyataan pada pasien bahwa banyak orang mengalami masalha seksual
Ø  Tentukan seberapa besar rasa bersalah seksual yang berhubungan dengan persepsi pasien tentang faktor penyebab penyakit tersebut
Ø  Lakukan perujukan atau konsultasikan dengan anggota tim layanan kesehatan lain
Ø  Anjurkan pasien untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan dan mengajukan pertanyaan
Ø  Bantu pasien untuk mengungkapkan kesedihan dan kemarahan terhadap perubahan fungsi dan penampilan tubuh
Peningkatan koping
Ø  Anjurkan pengungkapan keluhan seksual melalui peran pemberi asuhan yang telah membina hubungan saling percaya dengan pasien
Ø  Beri waktu dan privasi untuk membahas masalah seksual pasien
HE
Ø  Beri informasi untuk meningkatkan fungsi seksual
Ø  Diskusikan dampak penyakit, situasi kesehatan pada seksualitas
Ø  Diskusikan pentingnya modifikasi aktivitas seksual
Ø  Berikan informasi faktual tentang mitos seksual dan kesalahan informasi yang pasien kemukakan
Ø  Ajarkan pada pasien hanya tehnik yang sesuai dengan nilai
5.
Resiko infeksi
Definisi
Resiko infeksi adalah beresiko terhadap infeksi organisme patogen

Faktor resiko
Penyakit kronis
Penekanan sistem imun
Ketidakadekuatan imunitas dapatan
Pertahanan primer tidak adekuat (misalnya kulit luka,trauma jaringan,penurunan kerja silia, statis airan tubuh, perubahan pH sekresi, dan gangguan peristalsis)
Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai (misalnya hemoglobin trun, leukopenia, supresi respon inflamasi)
Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen
Prosedur infasif
Malnutrisi
Agen farmasi
Kerusakan jaringan
trauma
NOC:
·      Status imun
·      Keparahan infeksi

Setelah di lakukan tindakan keperawatan ....x 24 jam faktor resiko infeksi akan hilang di buktikan oleh
Status imun :
·      Memperlihatkan hygine personal yang adekuat
·      Mengindikasikan kasus gastrointestinal, pernapasan, genito urinaria dan imun dalam batas normal.
Keparahan infeksi :
·      Terbebas dari gejala dan tanda infeksi
·      Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeks
·      Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur screaning dan pemantauan
Pengendalian infeksi
Ø  Berikan terapi antibiotik, bila diperlukan
Ø  Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien
Ø  Pertahankan tehnik isolasi, bila diperlukan
Ø  Terapkan kewaspadaan universal
Ø  Batasi jumlah pengunjung bila diperlukan
Perlindungan infeksi
Ø  Pantau tanda dan gejala infeksi ( misal; suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise)
Ø  Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dan tidak menugaskan perawat yang sama untuk pasien yang lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawat dan pasien
Pengendalian infeksi
Ø  Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
HE
Ø  Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi menigkatkan resiko infeksi
Ø  Instruksikan untuk menjaga higiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
Ø  Ajarkan pasien cara mencuci tangan yang benar
Ø  Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien
6.
Ansietas
Definisi
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar yang disertaai respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik
Perilaku :
-       penurunan produktivitas
-        Gelisah
-        Insomnia
-        Resah
-        Gerakan yang tidak relevan
Afektif
-       Kesedihan yang mendalam
-       Distress
-       Ketakutan
-       Perasaan tidak adekuat
-       Gugup
-       Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
-       Perasaan takut
Fisiologis
-        Wajah tegang
-        Peningkatan keringat
-        Peningkatan ketegangan
-        Suara bergetar
Kognitif
-       Kesadaran terhadap gejala biologis
-       Penurunan lampang pandang
-       Kesulitan untuk berkonsentrasi
-       Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
-       Fokus pada diri sendiri
-       Mudah lupa
-       Gangguan perhatian
-       Melamun
Faktor yang berhubungan
-       Hubungan keluarga atau hereditas
-       Transmisi dan penularan interpersonal
-       Krisis situasi dan maturasi
-       Stress
-       Penyalahgunaan zat
-       Ancaman kematian
-       Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi
-       Ancaman terhadap konsep diri
-       Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup yang esensial,
-       Kebutuhan yang tidak terpenuhi
NOC
·    Tingkat ansietas
·    Pengendalian diri terhadap ansietas
·    Konsentrasi
·    Koping

Setelah di lakukan tindakan keperawatan ....x 24 jam ansietas yang berkurang yang dapat dibuktikan ;
·    Tingkat ansietas
Ø Memiliki tanda vital dalam batas normal
·    Pengendalian diri terhadap ansietas
Ø Mengidentifikasikan gejala yang merupakan indikator ansietas pasien sendiri
·    Koping
Ø Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami kecemasan
Ø Mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat
·    Konsentrasi
Ø Menunjukkan kemampuan untuk berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang baru
Penurunan ansietas
Ø  Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien
Ø  Berikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu
Ø  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Ø  Nyatakan dengan jelas tentang harapan perilaku pasien
Ø  Dampingi pasien
Ø  Jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan pasien
Ø  Bantu pasien untuk mengidentifikasikan situasi yang mencetuskan ansietas
Dukungan emosi
Ø  Gali bersama pasien tenang tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas dimasa lalu
Ø  Berikan penguatan positif ketika pasien mampu menurunkan aktivitas lainnya meskipun mengalami ansietas
Koping
Ø  Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan pasien
Ø  Bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini
Ø  Dorong pasien untuk mengekpresikan kemarahan dan iritasi, serta izikan pasien untuk menangis
Tehnik menenangkan diri
Ø  Sediakan pengalihan melalui tv, radio, permainan, serta terapi okupasi
Ø  Pada saat ansietas berat, dampingi pasien dan bicara dengan tenang
Ø  Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Ø  Singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
HE
Ø  Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realistis
Ø  Berikan informasi mengenai sumber komunitas yag tersedia
Ø  Informasikan tentang gejala ansietas
Ø  Ajarkan anggota keluarga bagaiamana membedakan serangan panik dan gejala penyakit fisik
Ø  Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Ø  Jelaskan semua prosedur serta sensai yang biasanya dialami selama prosedur



Intra Operatif
Daftar diagnosa
NOC
NIC
Resiko Infeksi
Kelas   :
Domain :
Definisi : Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko :
-       Prosedur Infasif
-        Trauma
-        Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
-        Agen farmasi (imunosupresan)
-        Peningkatan paparan lingkungan patogen
-        Ketidakadekuatan imum buatan
-        Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
-        Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
-   Immune Status
-   Knowledge : Infection control
-    Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan klien terhindar dari resiko infeksi dengan Kriteria Hasil :
-  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
-  Jumlah leukosit dalam batas normal
Infection Control (Kontrol infeksi)
-      Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
-      Pertahankan teknik isolasi
-      Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
-      Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
-      Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
-      Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
-      Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
-      Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
-      Tingktkan intake nutrisi
-      Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
-       Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
-       Monitor hitung granulosit, WBC
-       Monitor kerentanan terhadap infeksi
-       Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
-       Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
-       Laporkan kecurigaan infeksi


Post operasi
No
Diagnosa
Tujuan dan Kriteri Hasil
Intervensi
1.
Nyeri akut
Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

Batasan karakteristik
·     Subjektif
Ø Melaporkan atau mengungkapkan secara verbal (nyeri) dengan isyarat
·     Objektif
Ø Posisi untuk menghindari nyeri
Ø Perubahan tonus oto (dari rentang lemas tidak bertenaga sampai kaku)
Ø Perubahan selera makan
Ø Perilaku distraksi (misal ; mondar-mandir, mencari orang, akivitas berulang)
Ø Wajah topeng (nyeri)
Ø Perilaku menjaga dan sifat melindungi
Ø Bukti nyeri yang dapat diamati
Ø Berfokus pada diri sendiri
Ø Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
NOC:
1.       Tingkat kenyamanan
2.       Kontrol nyeri
3.       Tingkat nyeri

Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam nyeri klien teratasi, dengan indicator:
·  Tingkat kenyamanan.
Ø Dapat melakukan aktivitas seperti biasa tanpa harus merasakan nyeri.
·     Kontrol nyeri
Ø Mampu mengenali faktor penyebab
Ø Mampu melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
Ø Mampu mengenali gejala-gejala nyeri
·  Tingkat nyeri
Ø Mampu melaporkan adanya nyeri, frekuensi nyeri dan episode lamanya nyeri.
Tanda-tanda vital kembali normal.
Manajemen nyeri
Ø  Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
Ø  Gunakan komunkasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
Ø  Kaji tingkat keetidaknyamanan pasien dan catat perubahan dalam catatan medik dan informasikan kepada seluruh tenaga yang menangani pasien
Ø  Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran.
Ø  Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan  (ex: temperatur ruangan, penyinaran, dll).
Ø  Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien.
Ø  Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
Ø  Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri (farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal).
Ø  Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tenaga profesional lain untuk memilh tenik non farmakologi
Pemberian analgetik
Ø  Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik.
Ø  Kaji adanya alergi obat.
Ø  Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik saat pertama kali atau jika muncul tanda yang tidak biasanya.
Ø  Kaji kebutuhan akan kenyamanan atau aktivitas lain yang membantu relaksasi untuk memfasilitasi respon analgetik.
Ø  Evaluasi kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam pemilihan jenis analgetik, rute, dan dosis yang akan digunakan.
Ø  Pilih analgetik atau kombinasi analgetik yang sesuai ketika menggunakan lebih dari satu obat.
Ø  Tentukan pilihan jenis analgetik (narkotik, non-narkotik, atau NSAID/obat anti inflamasi non steroid) bergantung dari tipe dan beratnya nyeri.
Ø  Berikan analgetik sesuai jam pemberian.
Ø  Dokumentasikan respon analgetik dan efek yang muncul.
Ø  Kolaborasikan dengan dokter jika obat, dosis, dan rute pemberian, atau perubahan interval diindikasikan, buat rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip kesamaan analgetik

HE
Ø  Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus ketika meminum obat tersebut
Ø  Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawar jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
Ø  Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
Ø  Perbaiki kesalahan presepsi terhadap analgesik narkotik
Ø  Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung
Ø  Ajarkan penggunaan tenik nonfarmakologis

2.
Resiko infeksi
Definisi
Resiko infeksi adalah beresiko terhadap infeksi organisme patogen

Faktor resiko
Penyakit kronis
Penekanan sistem imun
Ketidakadekuatan imunitas dapatan
Pertahanan primer tidak adekuat (misalnya kulit luka,trauma jaringan,penurunan kerja silia, statis airan tubuh, perubahan pH sekresi, dan gangguan peristalsis)
Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai (misalnya hemoglobin trun, leukopenia, supresi respon inflamasi)
Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen
Prosedur infasif
Malnutrisi
Agen farmasi
Kerusakan jaringan
trauma
NOC:
·      Status imun
·      Keparahan infeksi

Setelah di lakukan tindakan keperawatan ....x 24 jam faktor resiko infeksi akan hilang di buktikan oleh
Status imun :
·      Memperlihatkan hygine personal yang adekuat
·      Mengindikasikan kasus gastrointestinal, pernapasan, genito urinaria dan imun dalam batas normal.
Keparahan infeksi :
·      Terbebas dari gejala dan tanda infeksi
·      Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeks
·      Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur screaning dan pemantauan
Pengendalian infeksi
Ø  Berikan terapi antibiotik, bila diperlukan
Ø  Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien
Ø  Pertahankan tehnik isolasi, bila diperlukan
Ø  Terapkan kewaspadaan universal
Ø  Batasi jumlah pengunjung bila diperlukan
Perlindungan infeksi
Ø  Pantau tanda dan gejala infeksi ( misal; suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise)
Ø  Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dan tidak menugaskan perawat yang sama untuk pasien yang lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawat dan pasien
Pengendalian infeksi
Ø  Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
HE
Ø  Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi menigkatkan resiko infeksi
Ø  Instruksikan untuk menjaga higiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
Ø  Ajarkan pasien cara mencuci tangan yang benar
Ø  Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien
5.
Defisiensi pengetahuan
Definisi
Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topik tertentu

Batasan karakteristik
·     Subjektif
Ø Mengungkapkan masalah secara verbal
·     Objektif
Ø Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
Ø Perfoma uji tidak akurat
Ø Perilaku yang tidak sesuai atau telalu berlebihan

Faktor yang berhubungan
·     Keterbatasan kognitif
·     Kesalahan dalam memahami informasi yang ada
·     Kurang pengalaman
·     Kurang perhatian didalam belajar
·     Kurang kemampuan mengingat kembali
·     Kurang familier dengan sumber-sumber informasi
NOC
Pengetahuan

Setelah di lakukan tindakan keperawatan ....x 24 jam pasien dapat menunjukkan pemahamannya tentang penyakit yang dapat dibuktikan ;
·    Pengetahuan:
Ø Pasien dan keluarga akan mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang program terapi
Ø Pasien akan memperlihatkan kemampuan
Penyuluhan individual
Ø  Tentukan kebutuhan belajar pasien
Ø  Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini
Ø  Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus
Ø  Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu
Penyuluhan : prosedur/terapi
Ø  Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien dalam mempertahankan program terapi
Ø  Rencanakan penyesuaian dalam terapi bersama pasien dan dokter untuk memfasilitasi kemampuan pasien untuk mengikuti program terapi
HE
Ø  Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman pasien
Ø  Bina hubungan saling percaya
Ø  Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, rekomendasi, dan berikan umpan balik secara verbal dan tertulis
Ø  Beri waktu pada pasien untuk mengajukan beberapa pertanyaan




DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. Pedoman Penatalaksanaan BPH Di Indonesia. (PDF)
Prosiding Seminar Nasional Animus. 2010. Faktor-faktor resiko terjadinya prostat jinak (PDF). Semarang
Sunardi. 2008. Benign Prostate Hyperplasia (PDF)
USU. 2009. Tinjauan kepustakaan BPH (PDF)
Wilkinson M. Judith & Nancy R. Ahern. 2012. Buku saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC

YPSS. 2009. Laporan pendahuluan tentang benigna prostat hypertropi (PDF)