LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep
Hemodialisa
1.
Definisi
Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk
memisahkan sampah dan produk hail metabolic esensial (sampah nitrogen dan
sampah yang lain) melalui selaput membrane semi permiabel.
2.
Epidemiologi
Hemodialisis di
Indonesia mulai tahun 1970 dan sampai sekarang telah dapatdilaksanakan di
banyak rumah sakit rujukan. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik danpanjang
umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun.Indonesia termasuk Negara
dengantingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi.Saat ini jumlah
penderita gagal ginjalmencapai 4500 orang. Dari jumlah itu banyak penderita
yang meninggal dunia akibat tidakmampu berobat atau cuci darah (hemodialisis)
karena biaya yang sangat mahal.
3.
Etiologi
Hemodialisa
dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari :
azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia
berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang
tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
4.
Patofisiologi
Ginjal adalah
organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk menyaring /
membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer
ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat
menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam
menyaring / membersihkan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi
gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah satu
modalitas pada penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal
ginjal memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien dengan
gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya
untuk indikasi tunggal seperti hiperkalemia.
5.
Tujuan
-
Menggantikan fungsi ginjal dalam
fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti
ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
-
Menggantikan fungsi ginjal dalam
mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal
sehat.
-
Meningkatkan kualitas hidup pasien
yang menderita penurunan fungsi ginjal.
-
Menggantikan fungsi ginjal sambil
menunggu program pengobatan yang lain.
6.
Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialisis
Ada tiga prinsip yang mendasar kerja
hemodialisis yaitu: difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan
melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi
lebih tinggi ke cairan dialisis dengan konsenterasi yang lebih rendah.
Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di
keluarkan melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan
menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain bergerak dari daerah dengan
tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah
(cairan dialist).
Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan
tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan
negatif diterapkan pada alat fasilitasi pengeluaran air. Karena pasien
tidak dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan untuk
mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).
7.
Komponen Hemodialisa
1)
Dialyzer / Ginjal Buatan
Suatu alat yang
digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila fungsi kedua ginjal
sudah tidak memadai lagi, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit,
mengeluarkan racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal
Ginjal. Sedangkan fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal
buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari
ginjal alami yang normal. Macam-macam ginjal buatan :
-
Dialisis lempeng paralel, terdiri dari dua lapisan
churophane yang dijepit oleh dua penyokong yang kaku untuk membentuk suatu
amplop yang disusun secara paralel. Dimana darah mengalir melalui
lapisan-lapisan membran, dan cairan dialisis dapat mengalir dalam arah yang
sama, atau dengan alat yang berlawanan.
-
Hollow Fibre Dialyzer (dialisis serabut berongga),
terdiri dari ribuan serabut mempunyai dinding setebal 30 µm, dan diameter
sebesar 200 µm, dan panjangnya 20 cm.. darah mengalir dari bagian tengah tabung
tabung kecil, dan cairan dialisis membasahi bagian luarnya. Aliran cairan
dialisis berlawanan dengan aliran darah.
2)
Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan
zat-zat lain supaya mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah. Fungsi
Dialisat pada dialisit:
-
Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
-
Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh
selama dialisa
Tabel perbandingan darah dan dialisat :
Komponen elektrolit
|
Darah
|
Dialisat
|
Natrium/sodium
|
136mEq/L
|
134mEq/L
|
Kalium/potassium
|
4,6mEq/L
|
2,6mEq/L
|
Kalsium
|
4,5mEq/L
|
2,5mEq/L
|
Chloride
|
106mEq/L
|
106mEq/L
|
Magnesium
|
1,6mEq/L
|
1,5mEq/L
|
Ada 3 cara penyediaan cairan
dialisat :
-
Batch Recirculating
Cairan
dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan perbandingan 1 : 34
hingga 120 L dimasukan dalam tangki air kemudian mengalirkannya ke ginjal
buatan dengan kecepatan 500 – 600 cc/menit.
-
Batch Recirculating/single pas
Hampir
sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung buang.
-
Proportioning Single pas
Air
yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampur secara konstan oleh
porpropotioning dari mesin cuci darah dengan perbandingan air : dialisat = 34 :
1 cairan yang sudah dicampur tersebut dialirkan keginjal buatan secara langsung
dan langsung dibuang, sedangkan kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.
3)
Akses Vaskular Hemodialisis
Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangk apanjang, maka perlu ada jalan masuk kedalam sistem
vascular penderita. Darah harus keluar dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200 sampai 400 ml/menit. Teknik akses vascular diklasifikasikan sebagai berikut:
-
Akses Vaskuler Eksternal (sementara)
a.
Pirau arteriovenosa (AV) atau system kanula diciptakan denga nmenempatkan ujung kanula dari Teflon dalam arteri dan sebuah vena
yang berdekatan. Ujung kanula dihubungkan dengan selang karet silicon dan suatu sambungan teflon yang melengkapi pirau. Pada waktu dilakukan dialisis, maka selang pirau
eksternal dipisahkan dan dibuat hubungan dengan alat dialisis. Darah kemudian
mengalir dari ujung arteri, melalui alat dialisis dan kembali ke vena. Kesulitan
utama pirau eksternal adalah masa pemakaian yang panjang (9 bulan). Pirau
eksternal dapat digunakan bila terapi dialitik diperlukan dalam jangka waktu
pendek seperti pada dialisis karena keracunan, keebihan dosis obat, gagal
ginjal akut, dan fase permulaan pada pengobatan gagal ginjal kronik.
b.
Kateter vena
femoralis sering dipakai pada kasus gagal ginjal akut bila diperlukan akses vascular sementara, atau bila teknik akses vaskuler lain tidak dapat berfungsi. Terdapat dua tipe kateter dialysis femoralis. Kateter shaldon adalah kateter berlumen tunggal yang memerlukan akses kedua. Tipe kateter femoralis yang lebih baru memiliki
lumen ganda, satu lumen untuk mengeluarkan darah menuju alat dialysis dan satu lagi untuk mengembalikan darah ketubuh penderita.
Komplikasi pada kateter vena femoralis adalah laserasi arteria femoralis, perdarahan, thrombosis, emboli, hematoma, dan infeksi.
c.
Kateter vena
subklavia semakin banyak dipakai sebagai alat akses vascular karena pemasangan yang mudah dan komplikasinya lebih sedikit dibanding kateter vena femoralis.
Kateter vena subklavia mempunyai lumen ganda untuk aliran masuk dan keluar. Kateter vena subklavia dapat digunakan sampai empat minggu sedangkan kateter vena femoralis dibuang setelah satu sampai dua hari setelah pemasangan. Komplikasi yang disebabkan oleh katerisasi
vena subklavia serupa dengan katerisasi vena femoralis yang termasuk pneumotoraks robeknya arteria subklavia, perdarahan, thrombosis, embolus, hematoma, dan infeksi.
-
AksesVaskular
Internal (permanen)
a.
Fistula, yang lebih permanen dibuat melalui
pembedahan yang (biasanya dilakukan pada lengan bawah) dengan cara
menghubungkan atau menyambungkan (anastomosis) pembuluh aretri dengan
vena secara side to-side (dihubungkan antar-sisi) atau end-to-side (dihubungkan
antara ujung dan sisi pembuluh darah). Segmen-arteri fistula diganakan untuk
aliran darah arteri dan segmen vena digunakan untuk memasukan kembali (reinfus)
darah yang sudah didialisis. Umur fistula
AV adalah empat tahun dan komplikasinya lebih sedikit dengan pirau AV. Masalah yang paling utama adalah nyeri pada pungsi vena terbentuknya aneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis pascadialisis, dan iskemia padatangan.
b.
Tandur, dalam
menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis, sebuah tandur dapat
dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi,
material Gore-Tex (heterograft) atau tandur vena safena dari pasien
sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri
tidak cocok untuk dijadikan fistula.Tandur biasanya dipasang pada lengan bawah,
lengan atas atau paha bagian atas. Pasien dengan sistem vaskuler yang
terganggu, seperti pasien diabetes, biasanya memerlukan pemasangan tandur
sebelum menjalani hemodialisis. Karena tandur tersebut merupakan pembuluh darah
artifisial risiko infeksi akan meningkat. Komplikasi tandur AV sama dengan fistula AV.trombosis,
infeksi, aneurisma dan iskemia tangan yang disebabkan oleh pirau darah melalui
prosthesis dan jauh dari sirkulasi distal.
8.
Indikasi
-
Gagal ginjal akut
-
Gagal ginjal kronik, bila laju
filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
-
Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
-
Ureum lebih dari 200 mg/dl
-
pH darah kurang dari 7,1
-
Anuria berkepanjangan, lebih dari 5
hari
-
Intoksikasi obat dan zat kimia
-
Sindrom Hepatorenal
-
Fluid overload
9.
Kontra Indikasi
-
Gangguan
pembekuan darah
-
Anemia berat
-
Trombosis/emboli
pembuluh darah yang berat
-
Suhu tubuh yang tinggi
10.
Penatalaksanaan pada Pasien yang Menjalani
Hemodialisis Jangka Panjang
-
Diet dan
masalah cairan, diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani
hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak
mampu mengeksresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini
akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala
yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala
uremik dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin
yang menumpuk, lebih berat gejala yang timbul. Diet rendah protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan
cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta
edema paru. Dengan demikian, pembatasan cairan juga merupakan bagian dengan
resep diet untuk pasien ini.
-
Pertimbangan
medikasi, banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui
ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung,
antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk
memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat
dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik.
11.
Komplikasi
-
Kram otot, kram otot pada umumnya
terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu
berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
-
Hipotensi, terjadinya hipotensi
dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium,
penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan
berat cairan.
-
Aritmia, hipoksia, hipotensi,
penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium, magnesium,
kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada
pasien hemodialisa.
-
Sindrom ketidakseimbangan dialisa, sindrom
ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari
osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan
dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen
ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang
menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada
pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
-
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan
hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi
kardiopulmonar.
-
Perdarahan, uremia menyebabkan
ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu
perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko
terjadinya perdarahan.
-
Ganguan pencernaan yang sering
terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan
pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
-
Infeksi atau peradangan bisa terjadi
pada akses vaskuler.
-
Pembekuan darah bisa disebabkan
karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran
darah yang lambat.
B. Konsep
Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Data demografi : berisi tentang nama, umur,
alamat, jenis kelamin, pendidikan
b.
Keluhan utama : klien dengan hemodialisa biasanya
mengeluhkan; lemas, pusing, gata, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK
tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur berdebar, mencret,
susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung,
susah berkonsentrasi, kulit kering, nyeri otot, keringat dingin
c.
Riwayat kesehatan saat ini : penderita gagal
ginjal akut maupun kronik, ketidak seimbangan elektrolit dalam tubuh, oedema,
keracunan.
d.
Riwayat kesehatan dahulu; menanyakan adanya
infeksi saluran kemih atau infeksi organ lain, riwayat kencing batu/obstruksi,
riwayat mengkonsumsi oba-obatan atau jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat
penyakit kardiovaskuler, riwayat penyakit endokrin, riwayat dehidrasi.
e.
Riwayat kesehatan keluarga; apakah keluarga
mempunyai riwayat penyakit diabetes, hipertensi, penyakit ginjal. Dan
mencantumkan genogram 3 generasi.
f.
Psikospiritual : Penderita hemodialisis jangka
panjang sering merasa kuatir akan kondisi penyakitnya yang tidak dapat
diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan dalam
mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi,
dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Prosedur
kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama kali
dilakukan hemodialisis.
g.
Pengkajian persistem
-
Respirasi; sesak nafas, ronchi
-
Kardiovaskuler; lelah, lemah/malaise, letih,
nyeri dada, anemia, hiperlipidemia, trombositopenia, pericarditis,
aterosklerosis, CHF, palpitasi, angina, hipertensi, distensi vena jugularis,
disritmia, pallor, nadi lemah/halus
-
Digestif; edema/ peningkatan berat badan,
dehidrasi/penurunan berat badan, mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati,
perhatikan turgor kulit, perdarahan gusi, lemak subkutan menurun, distensi
abdomen, rasa haus, ascites, diare, konstipasi
-
Neurosensiori; insomnia, tonus otot menururn,
ROM berkurang, sakit kepala penglihatan kabur, sakit kepala
-
Integumen; iritasi kulit, kram, baal-baal
-
Reproduksi; penurunan libido, gangguan fungsi
ereksi, infertil
-
Urinari;edema periorbital-peritibial, poliuri
pada awal gangguan ginjal, oliguri, dan anuri pada fase lanjut, kaji warna
urin, riwayat batu saluran kencing, uremia, asidosis metabolik, kejang-kejang
-
reaksi transfusi, demam, infeksi berulang,
penurunann daya tahan tubuh,
h.
Pemeriksaan penunjang : Kadar kreatinin serum
diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.
a.
Daftar Diagnosa
a.
Pre HD
1.
Risiko Ketidakseimbangan elektrolit
2.
kerusakan integritas kulit
3.
ansietas
b.
Intra HD
1.
Hambatan mobilitas fisik
2.
Nyeri akut
3.
Risiko Infeksi
4.
Risiko perdarahan
c.
Post HD
1.
Harga diri rendah : situasional
2.
Risiko infeksi
b.
Intervensi Keperawatan
1.
Pre Hemodialisa
No
|
Daftar Diagnosa
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Resiko
ketidakseimbangan elektrolit (00195)
Domain :
nutrisi
Kelas : hidrasi
Definisi:Beresiko
mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan
Faktor
resiko
-
Defisiensi volume
cairan
-
Kelebihan volume
cairan
-
Gangguan mekanisme
regulasi (mis, diabetes insipidus, sindrom ketidaktepatan sekresi hormon
antidiuretik)
-
Muntah
-
Disfungsi ginjal
|
-
Keseimbangan
elektrolit dan asam basa
-
Keseimbangan cairan
-
Hidrasi
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien mampu untuk:
1.
Tercapainya
keseimbangan elektrolit dan asam-basa, dengan indikator:
-
Jumlah elektrolit
serum dalam batas normal
-
Tanda-tanda vital
seperti nadi dan pernapasan dalam batas normal.
-
pH urine dalam batas
normal
2.
Tercapainya
keseimbangan cairan, dengan indikator:
-
Tidak ada asites
-
Tidak ada edema
perifer
-
Berat badan dalam
keadaan stabil
-
Mempertahankan output
urine yang sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
3.
Mempertahankan
hidrasi yang adekuat, dengan indikator:
-
Tidak mengalami haus
yang tidak normal
-
Menunjukkan hidrasi
yang baik (membran mukosa lembab, mampu berkeringat)
-
Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
-
Tidak demam
|
Manajemen elektrolit
-
Lakukan dialisis
jika perlu
-
Konsultasikan dengan
ahli gizi untuk memberikan diet pembatasan natrium.
-
Pantau
hasil laboratorium yang relevan terhadap retensicairan (misalnya, peningkatan
berat jenis urine, peningkatan BUN, penuranan hematocrit dan peningkatan
kadar osmolalitas urine)
-
Observasi
khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya diare,
drainasse luka, pengisapan nasogastric, diaphoresis, dan drainasse ileustomi)
-
Laporkan
abnormalitas elektrolit
Pemantauan
elektrolit
-
Observasi khususnya
terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya diare, drainase
luka, pengisapan nasogastrik, diaforesis, draninase ileostomi)
-
Kaji ekstremitas
atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit
-
Pantau secara
teratur lingkar abdomen dan ekstremitas
Manajemen cairan
-
Pantau status
hidrasi (misalnya, kelembapan membran mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan
darah ortostatik)
-
Timbang berat badan
setiap hari dan pantau kecenderungannya
-
Pertahankan
keakuratan catatan asupan dan haluaran
-
Pantau indikasi
kelebihan atau retensi cairan (misalnya crakcle,
peningkatan CVP atau tekanan baji kapiler paru, edema, distensi vena leher,
dan asites), sesuai dengan keperluan
-
Berikan terapi IV,
sesuai program
-
Konsultasi ke dokter
jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau memburuk
-
Pasang kateter
urine, jika perlu
-
Berikan cairan,
sesuai dengan keperluan
Manajemen
cairan/elektrolit
-
Identifikasi faktor
terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stres,
dan program pengobatan)
-
Kaji adanya vertigo
ataun hipotensi postural
-
Tentukan lokasi dan
derajat edema
-
Kaji komplikasi
pulmonal atau kardiovaskular yang diindikasikan dengan peningkatan tanda gawat
nafas, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung
tidak normal, atau suara nafas tidak normal.
-
Kaji efek pengobatan
(misalnya steroid, diuretik, litium) pada edema
-
Berikan terapi IV
sesuai program
Health
Education:
-
Ajarkan pasien
tentang penyebab dan cara mengatasi edema;pembatasan diit;dan peggunaan,
dosis, dan efek samping obat yang digunakan
-
Anjurkan pasien
untuk menginformasikan perawat bila haus
Terapi intravena
(IV)
-
Observasi daerah
pemasangan infus secara kontinyu
-
Monitor tetesan
infus
-
Hindarkan pasien
dari trauma selama terapi IV
-
Berikan posisi yang
nyaman untuk pasien
-
Kolaborasi dalam
pemberian cairan IV
Health
education:
-
Anjurkan pasien
untuk melaporkan ketidaknyamanan selama pemasangan terapi intravena.
-
Anjurkan pasien
melaporkan jika adanya nyeri dan bengkak pada daerah sekitar pemasangan
infus.
Pemantauan cairan
-
Kaji riwayat jumlah
dan jenis intake cairan dan eliminasi
-
Pantau warna, jumlah
dan frekuensi kehilangan cairan
|
2
|
Kerusakan
Integritas Kulit (00046)
Domain
: keamanan/perlindungan
Kelas : cedera fisik
Definisi
:
Perubahan/gangguan
epidermis dan/atau dermis
Batasan
karakteristik
-
Kerusakan pada lapisan kulit (dermis).
-
Kerusakan pada permukaan kulit (epidermis)
Faktor-faktor yang
berubungan
-
Perubahan status cairan
-
Perubahan tugor
-
Faktor perkembangan
-
Ketidakseimbangan nurtisi
-
Gangguan sirkulasi
-
Gangguan status metabolik
|
-
Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
-
Wound Healing : primer dan sekunder
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit teratasi
dengan kriteria hasil :
- Capilarry refill < 3 detik
- Tidak ada pitting edema
- Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi
|
NIC
Pressure Management
-
Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan terjadinya
tekanan.
-
Hindari adanya lipatan pada tempat tidur.
-
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
-
Lakukan mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
jam sekali.
-
Monitor integritas kulit akan adanya kemerahan.
-
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
tertekan .
-
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
-
Monitor status nutrisi pasien.
-
Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
Healt Education
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
yang longgar.
|
3
|
Ansietas (00146)
Kelas : koping/toleransi stres
Domain : respons koping
Definsi
: Perasaan gelisah yang tak jelas dari
ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan
disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan
adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil
langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Batasan karakteristik
-
Gelisah
-
Insomnia
-
Resah
-
Ketakutan
-
Sedih
-
Fokus pada diri
-
Kekhawatiran
- Cemas
|
-
Anxiety control
-
Coping
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
kecemasan yang dirasakan klien berkurang dengan Kriteria Hasil :
-
Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
-
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
-
Vital sign dalam batas normal
-
Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
|
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
-
Gunakan
pendekatan yang menenangkan
-
Nyatakan
dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
-
Jelaskan
semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
-
Temani pasien
untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
-
Berikan
informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
-
Dorong
keluarga untuk menemani anak
-
Lakukan back
/ neck rub
-
Dengarkan
dengan penuh perhatian
-
Identifikasi
tingkat kecemasan
-
Bantu pasien
mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
-
Dorong pasien
untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
-
Instruksikan
pasien menggunakan teknik relaksasi
-
Barikan obat
untuk mengurangi kecemasan
|
2.
Intra Hemodialisa
No
|
Daftar
Diagnosa
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Nyeri
Akut
Kelas :
Domain :
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan
dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan
jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai
berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan
durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
-
Laporan secara
verbal atau non verbal
-
Fakta dari observasi
-
Posisi antalgic
untuk menghindari nyeri
-
Gerakan melindungi
-
Tingkah laku
berhati-hati
-
Muka topeng
-
Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai
-
Terfokus pada diri
sendiri
-
Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
-
Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang
-
Respon autonom
(seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
-
Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
-
Tingkah laku
ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
-
Perubahan dalam
nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan :
-
Agen injuri
(biologi, kimia, fisik, psikologis)
|
-
Pain Level,
-
pain control,
-
comfort level
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan nyeri berkurang
dengan Kriteria Hasil:
- Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tanda
vital dalam rentang normal
|
Pain Management
-
Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
-
Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
-
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
-
Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
-
Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
-
Evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
-
Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
-
Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
-
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
-
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
-
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan intervensi
-
Ajarkan tentang
teknik non farmakologi
-
Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
-
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
-
Tingkatkan istirahat
-
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
-
Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic
Administration
-
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
-
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
-
Cek riwayat alergi
-
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
-
Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
-
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
-
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
-
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
-
Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat nyeri hebat
-
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
|
2
|
Hambatan
mobilitas fisik
Definisi :
Keterbatasan
dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ektremitas
atau lebih. Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan,
pengawasan atau pengajaran.
Kelas :
Domain :
Batasan Karakteristik :
ü Penurunan
waktu reaksi
ü Kesulitan
membolak-balik posisi tubuh
ü Dispnea
saat beraktifitas
ü Perubahan
cara berjalan (misalnya penurunan aktifitas dan kecepatan berjalan, kesulitan
untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan menyeret kaki, pada
saat berjalan badan mengayuh ke samping)
ü Tremor
yang diinduksi oleh pergerakan
ü Ketidakstabilan
postur tubuh (saat melakukan rutinitas aktivitas kehidupan sehari-hari)
ü Melambatnya
pergerakan
Faktor yang berhubungan :
ü Perubahan
metabolisme sel
ü Intoleran
aktivitas dan penurunan kekuatan dan ketahanan
ü Nyeri
ü Gangguan
neuromuscular
ü Kaku
sendi atau kontraktur
|
v
Ambulasi
v
Pergerakan Terkoordinasi
v
Mobilitas
Tujuan
dan Kriteria Hasil:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam mobilitas fisik teratasi dengan
indicator :
·
Melakukan aktifitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu misalnya kursi roda
·
Meminta bantuan
untuk aktifitas mobilisasi, jika diperlukan
·
Menggunakan kursi
roda secara efektif
|
Ambulasi
1.
Kaji kebutuhan belajar klien
2.
Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan daari lembaga
kesehatan dirumah sakit dan alat kesehatan yang tahan lama
3.
Instrusikan klien untuk menyangga berat badannya
4.
Instrusikan dan dukung klien untuk menggunakan trapeze atau pemberat
untuk meningkatkan serta mempertahankan kekuatan ektremitas atas
5.
Instrusikan klien untuk memperhatikan kesejajaran tubuh yang benar
6.
Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
7.
Gunakan sabuk penyongkong saat memberikan bantuan ambulasi atau
perpindahan
8.
Awasi sluruh upaya mobilitas dan bantu klien jika diperlukan
HE
9.
Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
10.
Ajarkan dan bantu klien dalam proses berpindah (misalnya dari tempat
tidur ke kursi roda)
11.
Ajarkan tekhnik ambulasi dan berpindah yang aman
|
2
|
Resiko
Infeksi (00004)
Domain : keamanan/perlindungan
Kelas : infeksi
Definisi
:
Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
-
Prosedur
Infasif
-
Trauma
-
Kerusakan
jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
-
Agen
farmasi (imunosupresan)
-
Peningkatan
paparan lingkungan patogen
-
Ketidakadekuatan
imum buatan
-
Tidak
adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon
inflamasi)
-
Tidak
adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan
kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan
peristaltik)
|
- Immune Status
- Knowledge : Infection control
- Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam
1x24 jam diharapkan klien terhindar dari resiko infeksi dengan Kriteria Hasil
:
-
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
-
Jumlah leukosit dalam batas normal
|
Infection Control (Kontrol infeksi)
-
Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain
-
Pertahankan
teknik isolasi
-
Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci tangan
-
Cuci tangan
setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
-
Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
-
Pertahankan
lingkungan aseptik selama pemasangan alat
-
Ganti letak
IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
-
Gunakan
kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
-
Tingktkan
intake nutrisi
-
Berikan
terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
-
Monitor tanda
dan gejala infeksi sistemik dan lokal
-
Monitor
hitung granulosit, WBC
-
Monitor
kerentanan terhadap infeksi
-
Inspeksi
kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
-
Ispeksi
kondisi luka / insisi bedah
-
Laporkan
kecurigaan infeksi
|
2.
|
Risiko
Perdarahan (00206)
Domain
: keamanan/perlindungan
Kelas : cedera fisik
Definisi
:
Beresiko
mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatan
Faktor
resiko
- Aneurisme
- Defisiensi
pengetahuan
- Koagulopati
inheren (mis., trombositoenia)
- Trauma
- Efeksamping
terkait terapi
|
- Status sirkulasi
- Status koagulasi
- Prosedur pengobatan
- Kontrol resiko
Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien
tidak mengalami perdarahan dengan kriteria hasil:
-
TTV dalam batas normal
-
Adanya pembentukan bekuan darah
-
Pengetahuan mengenai tindakan
pengobatan yang dijalani
-
Resiko perdarahan dapat dikenali
|
Pencegahan Perdarahan
- Memonitor pasien secara ketat
untuk perdarahan
- Catatan tingkat
hemoglobin / hematokrit sebelum dan
sesudah kehilangan darah, seperti yang ditunjukkanMemantau tanda-tanda dan gejala perdarahan
yang persisten (misalnya memeriksa
semua sekresi atau darah okultisme)
- Melindungi
pasien dari trauma, yang dapat menyebabkan perdarahan
- Menginstruksikan pasien untuk meningkatkan
asupan makanan yang kaya vitamin K
- Menginstruksikan pasien dan / atau keluarga pada tanda-tanda perdarahan
dan tindakan yang tepat (misalnya,
memberitahukan perawat)
Perawatan Sirkulasi
-
Lakukan
penilaian yang komprehensif dari sirkulasi perifer (misalnya, memeriksa
denyut nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, dan suhu ekstremitas)
-
Evaluasi
edema dan tekanan perifer
-
Turunkan ekstremitas untuk
meningkatkan sirkulasi arteri, yang sesuai
-
Ubah
posisi pasien minimal setiap jam 2, yang sesuaiMendorong berbagai latihan
gerak pasif atau aktif selama istirahat di tempat tidur, yang sesuai
-
Mempertahankan
hidrasi yang adekuat untuk mencegah viskositas darah meningkat
-
Memantau
Status cairan, termasuk intake dan output
|
3.
Post Hemodialisa
No
|
Daftar Diagnosa
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Harga
Diri rendah : situasional (00120)
Domain
: persepsi diri
Kelas : harga diri
Definisi
:
Perkembangan
persepsi negatif tentang harga diri rendah sebagai respon terhadap situasi
saat ini (terapi)
Batasan
karakteristik
- Evaluasi
diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
- Evaluasi
diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi
- Ekspresi
ketidakberdayaan
Faktor
yang berhubungan
- Perubahan
perkembangan
- Gangguan
citra tubuh
- Gangguan
fungsional
- Perubahan
peran sosial
|
-
Adaptasi
-
Support system
-
Manajemen perasaan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan perasaan harga diri rendah
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil:
-
Klien dapat menyesuaikan dengan kemampuan verbal
|
Adaptasi
-
Rencana memperkenalkan pertemuan aktivitas
sehari-hari
-
Support system yang baik dari kelompok
-
Fasilitasi lingkungan dan kegiatan yang akan
meningkatkan harga diri klien
-
Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
-
Membuat pernyataan positif tentang klien/apa
yang sudah klien lakukan
Support system
-
Bantu klien mengenali keuntungan dan
ketidakuntungan masing-masing alternative support system
-
Fasilitasi teman yang bisa diajak kerjasama
untuk membuat keputusan
-
Menjalani hubungan antara klien daan keluarga
Manajemen Perasaan
-
Pantau status fisik klien
-
Ajarkan klien dalam kemampuan membuat
keputusan sebagai kebutuhannya
-
Gunakan dengan simple, konkret, belajar untuk
berinteraksi dengan kesadaran yang disetujui klien.
|
2.
|
Resiko
Infeksi (00004)
Domain : keamanan/perlindungan
Kelas : infeksi
Definisi
:
Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
-
Prosedur Infasif
-
Trauma
-
Kerusakan
jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
-
Agen
farmasi (imunosupresan)
-
Peningkatan
paparan lingkungan patogen
-
Ketidakadekuatan
imum buatan
-
Tidak
adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon
inflamasi)
-
Tidak
adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan
kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan
peristaltik)
|
- Immune Status
- Knowledge : Infection control
- Risk control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan klien terhindar dari resiko infeksi
dengan Kriteria Hasil :
-
Klien bebas
dari tanda dan gejala infeksi
-
Jumlah
leukosit dalam batas normal
|
Infection Control (Kontrol infeksi)
-
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
-
Pertahankan teknik isolasi
-
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
-
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
kperawtan
-
Gunakan baju,
sarung tangan sebagai alat pelindung
-
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
alat
-
Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
-
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
-
Tingktkan intake nutrisi
-
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
-
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
-
Monitor hitung granulosit, WBC
-
Monitor kerentanan terhadap infeksi
-
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
-
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
-
Laporkan kecurigaan infeksi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar