Laporan
Pendahuluan
BPH (Benigna
Prostat Hiperplasia)
A.
Konsep Medik
1.
Definisi
BPH merupakan penyakit yang biasa terjadi pada
laki-laki usia lanjut, yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat pada
epitel prostat dan daerah transisi jaringan fibromuskular pada daerah
periuretral yang bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urine yang
tertahan.
Benigna Prostat Hiperplasia atau lebih dikenal dengan
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan
obstruksi dan retriksi pada jalan urine (uretra). (Setih Setio)
Secara histologi, BPH dapat didefinisikan sebagai
pembesaran nodular secara regional dengan kombinasi poliferasi stromadan
grandular yang berbeda (Berry SJ,1984)
2.
Etiologi
Penyebab timbulnya BPH adalah :
a.
Adanya perubahan kesimbangan antara hormon testosteron dan
esterogen pada usia lanjut
b.
Peranan dari faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan
stroma kelenjar prostat
c.
Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karen berkurangnya
sel yang mati
d.
Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi yang
normal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel
kelenjar prostat menjadi berlebihan.
3.
Patofisiologi
Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam
proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh
pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih bisa
menghasilkan hormon testosteron. Disamping itu pengaruh hormon lain
(esterogen), diet tertentu, faktor-faktor lingkungan yang diduga berperan dalam
proliferasi sel-sel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-faktor
tersebut dapat mempengaruhi kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang selanjutnya protein
inilah yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar
prostat.
Tonjolan ini dapat menekan uretra lateral sehingga
lumen uretra menyerupai celah, atau menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang
penonjolan itu merupakan suatu polip yang sewaktu-waktu dapat menutupi lumen
uretra.
Warnanya bermacam-macam tergantung pada unsur yang
bertambah. Apabila yang bertambah khususnya unsur kelenjar, maka warnanya
kuning kemerahan, berkonsistensi lunak. Apabila unsur fibromuskular, yang
bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak mengeluarkan cairan.
Gambaran mikroskopik juga bermacam-macam tergantung
pada unsur yang berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah
unsur kelenjar sehingga terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista-kista
yang dilapisi epitel torak selapis yang pada beberapa tempat membentuk
papil-papil ke dalam lumen. Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar yang
kecil-kecil sehingga menyerupai dengan karsinoma. Dalam kelenjar sering
terdapat sekret granular, epitel yang terlepas. Apabila unsur fibromuskular
yang bertambah maka terjadi gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau
jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang letaknya berjauhan.
4.
Tanda dan gejala
Gejala klinis
Gejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi 2 kelompok:
a.
Gejala iritatif, terdiri dari sering buang air kecil,
tergesa-gesa untuk buang air kecil, buang air kecil dimalam hari lebih dari
satu kali, dan sulit menahan buang air kecil
b.
Gejala obstruksi, terdiri dari pancaran yang melemah, akhir
buang air kecil belum terasa kosong, menunggu lama pada permulaan buang air
kecil, harus mengedan saat buang air
kecil, buang air kecil sering terputus-putus, dan waktu buang air kecil
memanjang yang akhrnya menjadi retensi urin dan bisa terjadi inkontinensia
urin.
Tanda klinis
Tanda klinis dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran pada prostat. Pada
BPH, prostat teraba membesar dengan konsistensi kenyal.
5.
Pemeriksanaan penunjang
a.
Pemeriksaan colok dubur atau DRE (Digital Rectal Examina-tion) merupakan pemeriksaan yang penting
pada pasien BPH untuk memperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi
prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan
prostat.
b.
Urinalisis, dapat mengungkap adanya leukosituria dan
hematuria.
c.
Pemeriksaan fungsi ginjal, berguna sebagai petunjuk perlu
tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas
d.
Kultur urine, dapat menunjukkan Staphylococcus aureus, Proteus, Klebsiella, pseudomonas, atau
Escherichia coli.
e.
Uroflometri, merupakan pemeriksaan untuk mencatat pancaran urin selama
miksi secara elektronik. Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui adanya
obstruksi saluran kemih bagian bawah yang tidak invasif.
f.
IVP dengan film pasca berkemih : Menunjukkan
pelambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung
kemih dan adanya pembesaran prostat, divertikuli kandung kemih dan penebalan
abnormal otot kandung kemih.
g.
Sistouretrografi berkemih : digunakan sebagai ganti
IVP untuk memvisualisasi kandung kemih dan uretra.
h.
Sistouretroskopi : Untuk
menggambarkan derajat pembesaran prostat dan perubahan dinding kandung kemih.
i.
Ultrasound transrektal : Mengukur ukuran
prostate dan jumlah residu urine, dalam hal ini residu urine menjadi patokan
yaitu dibagi menjadi beberapa derajat antara lain :
1. Derajat I, sisa urine < 50 ml.
2. Derajat II, sisa urine 50-150 ml.
3. Derajat III, sisa urine > 150
ml.
4. Derajat IV, retensi urine total.
j.
USG ( Ultrasonografi ), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan
besar prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual urine.
6.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien benigna prostat
hiperplasia terdiri dari penatalaksanaan medis, penatalaksanaan keperawatan dan
penatalaksanaan diit.
a. Penatalaksanaan
medis
·
Pemberian obat-obatan antara lain Alfa 1-blocker
seperti : doxazosin, prazosin tamsulosin dan terazosin. Obat-obat tersebut
menyebabkan pengenduran otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita lebih
mudah berkemih. Finasterid, obat ini menyebabkan meningkatnya laju aliran kemih
dan mengurangi gejala. Efek samping dari obat ini adalah berkurangnya gairah
seksual. Untuk prostatitis kronis diberikan antibiotik.
·
Pembedahan
1) Trans Urethral
Reseksi Prostat ( TUR atau TURP ) prosedur pembedahan yang dilakukan melalui
endoskopi TUR dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus tengah yang
langsung melingkari uretra. Sedapat mungkin hanya sedikit jaringan yang
mengalami reseksi sehingga pendarahan yang besar dapat dicegah dan kebutuhan
waktu untuk bedah tidak terlalu lama.
2) Prostatektomi
suprapubis adalah salah satu metode mengangkat kelenjar prostat dari uretra
melalui kandung kemih..
3) Prostatektomi
perineal adalah mengangkat kelenjar prostat melalui suatu insisi dalam perineum
yaitu diantara skrotum dan rektum.
4) Prostatektomi
retropubik adalah insisi abdomen mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus
pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
5) Insisi prostat
transuretral (TUIP) adalah prosedur pembedahan dengan cara memasukkan instrumen
melalui uretra.
6) Trans Uretral
Needle Ablation ( TUNA ), alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila
posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma
dan mengalirkan panas sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang
menancap dijaringan prostat.
b. Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner and
Suddart, (2000)
·
Mandi air hangat
·
Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul.
·
Menghindari minuman beralkohol
·
Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama
pada malam hari.
·
Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan
cairan beberapa jam sebelum tidur.
c. Penatalaksanaan
diit menurut Brunner and Suddart, (2000)
Klien dengan benigna prostat hiperplasia dianjurkan
untuk menghindari minuman beralkohol, kopi, teh, coklat, cola, dan makanan yang
terlalu berbumbu serta menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada
malam hari.
7.
Komplikasi
Urinary traktus infection
Hematuria
Impotensi
Inkontinensia urin
Gagal ginjal
8.
Prognosis
jarang mengancam jiwa, BPH
memberikan keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate
enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher
buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO).
Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut
sebagai benign prostate obstruction (BPO)1,5. Obstruksi ini lama
kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga
menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
B.
Konsep Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Sirkulasi
Penigkatan tekanan darah
b.
Eliminasi
Penurunan kekuatan kateter
berkemih
Ketidakmampuan pengosongan
kanding kemih
Nokturia, disuria, dan
hematuria
Duduk dalam mengosongkan
kandung kemih
Konstipasi karena ada
penonjolan prostat ke rektum
c.
Masukan cairan
Anoreksia, nausea, vomiting
Kehilangan BB mendadak
d.
Nyeri nyaman
Suprapubis, panggul, nyeri
belakang, nyeri pinggang belakang, intens (pada prostatitis akut)
Rasa nyaman : demam
e.
Seksualitas
Perhatikan pada efek dari
kondisinya
Takut beser kencing pada
kegiatan intim
Penurunan kontraksi
ejakulasi
Pembesaran prostat
f.
Pengetahuan/pendidikan
Riwayat adanya kanker dalam
keluarga, hipertensi, penyakit diabetes
Penggunaan obat
antihipertensi atau antidepresan, antibiotik untuk saluran kencing, obat alergi
2.
Diagnosa keperawatan`
Pre Operasi
1.
Nyeri Akut
2.
Retensi urin
3.
Resiko kekurangan volume cairan
4.
Disfungsi seksual
5.
Resiko infeksi
6.
ansietas
Intra Operatif
1.
Resiko Infeksi
Post Operasi
1.
Nyeri Akut
2.
Resiko infeksi
3.
Defisit pengetahuan
3.
Intervensi
Pre operasi
No
|
Diagnosa
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Nyeri akut
Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan
istilah seperti (International Association for the Study of Pain); awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari
enam bulan.
Batasan karakteristik
·
Subjektif
Ø Melaporkan atau
mengungkapkan secara verbal (nyeri) dengan isyarat
·
Objektif
Ø Posisi untuk menghindari
nyeri
Ø Perubahan tonus oto (dari
rentang lemas tidak bertenaga sampai kaku)
Ø Perubahan selera makan
Ø Perilaku distraksi (misal
; mondar-mandir, mencari orang, akivitas berulang)
Ø Wajah topeng (nyeri)
Ø Perilaku menjaga dan sifat
melindungi
Ø Bukti nyeri yang dapat
diamati
Ø Berfokus pada diri sendiri
Ø Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab
cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
|
NOC:
1.
Tingkat kenyamanan
2.
Kontrol nyeri
3.
Tingkat nyeri
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam nyeri
klien teratasi, dengan indicator:
· Tingkat kenyamanan.
Ø Dapat melakukan aktivitas seperti biasa tanpa harus merasakan nyeri.
· Kontrol nyeri
Ø Mampu mengenali faktor
penyebab
Ø Mampu melaporkan gejala pada
tenaga kesehatan
Ø Mampu mengenali
gejala-gejala nyeri
· Tingkat nyeri
Ø Mampu melaporkan adanya
nyeri, frekuensi nyeri dan episode lamanya nyeri.
Ø Tanda-tanda vital kembali
normal.
|
Manajemen nyeri
Ø Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik
dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan
faktor-faktor presipitasi.
Ø Gunakan komunkasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
Ø Kaji tingkat keetidaknyamanan pasien dan catat perubahan dalam catatan
medik dan informasikan kepada seluruh tenaga yang menangani pasien
Ø Tentukan dampak dari
ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas
kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran.
Ø Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (ex: temperatur ruangan, penyinaran, dll).
Ø Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien.
Ø Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
Ø Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri (farmakologi,
nonfarmakologi, dan interpersonal).
Ø Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tenaga profesional lain untuk
memilh tenik non farmakologi
Pemberian analgetik
Ø Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian
analgetik.
Ø Kaji adanya alergi obat.
Ø Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik saat pertama kali atau jika
muncul tanda yang tidak biasanya.
Ø Kaji kebutuhan akan
kenyamanan atau aktivitas lain yang membantu relaksasi untuk memfasilitasi
respon analgetik.
Ø Evaluasi kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam pemilihan jenis
analgetik, rute, dan dosis yang akan digunakan.
Ø Pilih analgetik atau
kombinasi analgetik yang sesuai ketika menggunakan lebih dari satu obat.
Ø Tentukan pilihan jenis
analgetik (narkotik, non-narkotik, atau NSAID/obat anti inflamasi non
steroid) bergantung dari tipe dan beratnya nyeri.
Ø Berikan analgetik sesuai jam pemberian.
Ø Dokumentasikan respon analgetik dan efek yang muncul.
Ø Kolaborasikan dengan
dokter jika obat, dosis, dan rute pemberian, atau perubahan interval
diindikasikan, buat rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip kesamaan
analgetik
HE
Ø
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang
harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus ketika meminum obat tersebut
Ø
Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawar
jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
Ø
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
Ø
Perbaiki kesalahan presepsi terhadap analgesik narkotik
Ø
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung
Ø
Ajarkan penggunaan tenik nonfarmakologis
|
2.
|
Retensi urine
Definisi
Retensi urine
adalah ketidak sempurnaan pengosongan kandung kemih.
Batasan Karakteristik
Subjektif :
Ø
Disuria
Ø
Sensasi kandung kemih penuh
Objektif :
Ø
Distensi kandung kemih
Ø
Urine Menetes
Ø
Inkontinensia Over flow
Ø
Urine residu
Ø
Haluaran urine sering dan sedikit atau tidak
ada
Faktor-faktor Yang berhubungan
Ø
Sumbatan
Ø
Tingginya tekanan uretra yang di sebabkan oleh
kelemahan destrusor
Ø
Inhibisi arkus refleks
Ø
Sfingter yang kuat
|
NOC
1. Kontinensia
urine
2. Eliminasi
Urine
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24
jam pasien menunjukan jumlah urin normal tanpa ada retensi dengan indikator :
·
Kontinensia urin
Ø Mengosongkan kandung kemih
secara tuntas
Ø Menunjukan pengosongan
kandung kemih dengan prosedur bersih kateterisasi intermiten mandiri
·
Eliminasi urin
Ø Mempunyai asupan dan
haluaran 24 jam
|
Perawatan retensi urin
Ø
Pantau penggunaan agens non resep dengan anti
kolinergik atau agonis alfa
Ø
Pantau efek obat resep, seperti penyekat
saluran kalsium dan anti kolinergik.
Ø
Pantau asupan dan haluaran.
Ø
Pantau derajat distensi kandung kemih melalui
palpasi dan perkusi.
Ø
Rujuk pada spesialis kontinensia urine jika di
perlukan.
Ø
Berikan prifasi untuk eliminasi.
Ø
Gunakan kekuatan sugesti dengan mengalirkan
air dan membilas toilet.
Ø
Stimulasi refleks kandung kemih dengan
menempelkan es keabdomen, menekan bagian dalam paha atau mengalirkan air.
Ø
Berikan cukup waktu untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit)
Manajemen eliminasi urin
Ø
Identifikasi dan dokumentasikan pola pengosongan
kandung kemih
Ø
Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan
yang adekuat tanpa menyebabkan kandung kemih over distensi
Ø
Lakukan program pelatihan untuk pengosongan
kandung kemih,
Kateterisasi urine
Ø
Lakukan kateterisasi untuk mengeluarkan urine residu
jika di perlukan
Ø
Rujuk ke perawat terapi enterostoma untuk
instruksi kateterisasi intermiten mandiri menggunakan prosedur bersih setiap
4-6 jam pada saat terjaga
HE
Ø
Instruksikan pasien dan keluarga untuk
mencatat urine bila di perlukan.
Ø
Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala
infeksi saluran kemih yang harus dilaporkan (misal; demam, menggigil, nyeri
pinggang, hematuria serta perubahan konsistensi dan bau urine)
|
3.
|
Resiko kekurangan volume
cairan
Definisi
Resiko
kekurangan Volume Cairan Adalah Kondisi Individu yang beresiko mengalami
dehidrasi Vaskular, selular, Intraselular
Faktor resiko
·
Penyimpangan yang mempengaruhi akses untuk
pemasukan atau absorpsi cairan.
·
Kehilangan yang berlebihan melalui rute normal
( Mis; Diare).
·
Usia ekstrime (Bayi Baru Lahir Atau Lansia)
·
Berat badan ekstrime ( Kurang atau Berlebih)
·
Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Cairan
(Mis; Status Hipermetabolik)
·
Defisiensi Pengetahuan (Yang berhubungan
Dengan Volume Cairan).
·
Kehilangan Cairan Melalui Rute yang tidak
normal (Mis; Slang Kateter Menetap)
·
Obat (diuretik)
|
NOC
1. Keseimbangan
Elektrolit dan asam basa
2. Keseimbangan
cairan
3. Hidrasi
4. Status
nutrisi.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x24 jumlah cairan yang masuk dan keluar seimbang, yang
dapat dibuktikan dengan indikator ;
·
Keseimbangan elektrolit dan asam basa
Ø Pasien memiliki
konsentrasi urine yang normal
Ø Pasien memilki hemoglobin
dan hematokrit dalam batas normal
·
Keseimbangan cairan
Ø Pasien memiliki asupan
cairan oral dan/atau intravena yang adekuat
·
Hidrasi
Ø Pasien tidak mengalami
haus yang tidak normal
Ø Pasien dapat menampilkan
hidrasi yang normal (membran mukosa lembab dan mampu berkeringat)
·
Status nutrisi ; asupan makanan dan cairan
Ø Pasien memiliki asupan dan
haluaran yang seimbang dalam 24 jam
|
Manajemen elektrolit
Ø
Pantau hasil labolatorium yang relevan dengan
keseimbangan cairan (misal; kadar hematokrit, BUN, albumin, protein total,
osmolalitas serum, dan berat jenis urine)
Ø
Laporkan abnormalitas elektrolit
Manajemen cairan
Ø
Pantau Status Hidrasi (Mis; Kelembapan Membran
Mukosa, Ke adekuatan Nadi, Dan Tekanan Darah Ortostatik)
Ø
Pertahankan keakuratan catatan asupan dan
haluaran.
Ø
Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik
sebelum pembedahan
Ø
Berikan terapi IV, Sesuai Program
Ø
Tingkatkan asupan oral jika perlu.
Ø
Berikan cairan sesuai keperluan
Ø
Pasang kateter jika perlu.
Ø
Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24
jam, hitung asupan yang di perlukan sepanjang sif siang, sore dan malam.
Pemantauan cairan
Ø
Pantau Warna, Jumlah, Dan Frekuensi kehilangan
cairan.
Ø
Cek arahan lanjut klien untuk menentukan
apakah penggantian cairan pada pasien sakit terminal tetap dilakukan
Manajemen cairan/elektrolit
Ø
Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
Ø
Identifikasi faktor terhadap bertambah
buruknya dehidrasi (misal; obat-obatan, demam, stres, dan program pengobatan
Ø
Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan
yang tinggi elektrolit (misal ; diare, drainase luka, diaforesis)
Manajemen hipovolemia
Ø
Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
bila di perlukan.
Ø
Pantau perdarahan ( Mis; Periksa Seluruh
sekret Dari adanya darah nyat atau darah samar)
Manajemen syok
Ø Ubah
Posisi pasien Trendelenburg Atau
tinggikan tungkai pasien bila hipotensi, kecuali di kontra indikasikan
HE
Ø Anjurkan pasien untuk
menginformasika perawat bila haus
|
4.
|
Disfungsi seksual
Definisi
Kondisi ketika individu
mengalami perubahan fungsi seksual selama fase respon gairah seksual,
rangsang seksual, dan/atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak ada
penghargaan, dan tidak adekuat
Batasan karakteristik
·
Subjetif
Ø Perubahan dalam penerimaan
kepuasan seksual
Ø Ketidakmampuan untuk
mencapai kepuasan yang diharapkan
Ø Menyatakan masalah
Ø Persepsi keterbatasan
akibat penyakit atau terapi
·
Objektif
Ø Pembatasan aktual akibat
penyakit atau terapi
Ø Mencari penegasan tentang
kemampuan respon gairah seksual
Ø Perubahan dalam pencapaian
persepsi peran seks
Faktor yang berhubungan
·
Perubahan struktur atau fungsi tubuh
·
Salah informasi atau kurang pengetahuan
·
Penganiayaan fisik
·
Konflik nilai
·
Ringkih
·
Ketiadaan model peran atau model peran tidak berpengaruh
Perubahan biopsikososial
seksualitas
|
NOC
·
Penuaan fisik
·
Fungsi seksual
·
Identitas seksual
Setelah di
lakukan tindakan keperawatan ....x 24 jam pasien dapat menunjukkan perbaikan
dari disfungsi seksual yang dapat dibuktikan ;
·
Penuaan fisik
Ø Beradaptasi dengan model
ekspresi seksual untuk mengakomodasikan perubahan fisik akibat usia dan
akibat penyakit
·
Fungsi seksual
Ø Meminta informasi yang
dibutuhkan tentang perubahan fungsi seksual
Ø Menunjukan keinginan untuk
mendiskusikan perubahan fungsi seksual
·
Identitas seksual
Ø Mengungkapkan secara
verbal pemahaman tentang pembatasan atas indikasi medis
|
Konseling seksual
Ø Awali pertanyaan tentang
seksualitas dengan suatu pernyataan pada pasien bahwa banyak orang mengalami
masalha seksual
Ø Tentukan seberapa besar
rasa bersalah seksual yang berhubungan dengan persepsi pasien tentang faktor
penyebab penyakit tersebut
Ø Lakukan perujukan atau
konsultasikan dengan anggota tim layanan kesehatan lain
Ø Anjurkan pasien untuk
mengungkapkan ketakutan-ketakutan dan mengajukan pertanyaan
Ø Bantu pasien untuk
mengungkapkan kesedihan dan kemarahan terhadap perubahan fungsi dan penampilan
tubuh
Peningkatan koping
Ø Anjurkan pengungkapan
keluhan seksual melalui peran pemberi asuhan yang telah membina hubungan
saling percaya dengan pasien
Ø Beri waktu dan privasi
untuk membahas masalah seksual pasien
HE
Ø Beri informasi untuk
meningkatkan fungsi seksual
Ø Diskusikan dampak
penyakit, situasi kesehatan pada seksualitas
Ø Diskusikan pentingnya
modifikasi aktivitas seksual
Ø Berikan informasi faktual
tentang mitos seksual dan kesalahan informasi yang pasien kemukakan
Ø Ajarkan pada pasien hanya
tehnik yang sesuai dengan nilai
|
5.
|
Resiko infeksi
Definisi
Resiko infeksi
adalah beresiko terhadap infeksi organisme patogen
Faktor resiko
Penyakit
kronis
Penekanan
sistem imun
Ketidakadekuatan
imunitas dapatan
Pertahanan
primer tidak adekuat (misalnya kulit luka,trauma jaringan,penurunan kerja
silia, statis airan tubuh, perubahan pH sekresi, dan gangguan peristalsis)
Pertahanan
lapis kedua yang tidak memadai (misalnya hemoglobin trun, leukopenia, supresi
respon inflamasi)
Peningkatan
pemajanan lingkungan terhadap patogen
Prosedur
infasif
Malnutrisi
Agen farmasi
Kerusakan
jaringan
trauma
|
NOC:
·
Status imun
·
Keparahan infeksi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan ....x 24 jam faktor resiko
infeksi akan hilang di buktikan oleh
Status imun :
·
Memperlihatkan hygine personal yang adekuat
·
Mengindikasikan kasus gastrointestinal,
pernapasan, genito urinaria dan imun dalam batas normal.
Keparahan
infeksi :
·
Terbebas dari gejala dan tanda infeksi
·
Menggambarkan faktor yang menunjang penularan
infeks
·
Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta
mengikuti prosedur screaning dan pemantauan
|
Pengendalian infeksi
Ø Berikan terapi antibiotik,
bila diperlukan
Ø Bersihkan lingkungan
dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien
Ø Pertahankan tehnik
isolasi, bila diperlukan
Ø Terapkan kewaspadaan
universal
Ø Batasi jumlah pengunjung
bila diperlukan
Perlindungan infeksi
Ø Pantau tanda dan gejala
infeksi ( misal; suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka
sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise)
Ø Lindungi pasien terhadap
kontaminasi silang dan tidak menugaskan perawat yang sama untuk pasien yang
lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawat dan pasien
Pengendalian infeksi
Ø Kaji faktor yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
HE
Ø Jelaskan pada pasien dan
keluarga mengapa sakit atau terapi menigkatkan resiko infeksi
Ø Instruksikan untuk menjaga
higiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
Ø Ajarkan pasien cara
mencuci tangan yang benar
Ø Ajarkan kepada pengunjung
untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien
|
6.
|
Ansietas
Definisi
Ansietas
adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar yang disertaai
respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi
dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Batasan
karakteristik
Perilaku :
-
penurunan produktivitas
-
Gelisah
-
Insomnia
-
Resah
-
Gerakan yang tidak relevan
Afektif
-
Kesedihan yang mendalam
-
Distress
-
Ketakutan
-
Perasaan tidak adekuat
-
Gugup
-
Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang
persisten
-
Perasaan takut
Fisiologis
-
Wajah tegang
-
Peningkatan keringat
-
Peningkatan ketegangan
-
Suara bergetar
Kognitif
-
Kesadaran terhadap gejala biologis
-
Penurunan lampang pandang
-
Kesulitan untuk berkonsentrasi
-
Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
-
Fokus pada diri sendiri
-
Mudah lupa
-
Gangguan perhatian
-
Melamun
Faktor yang berhubungan
-
Hubungan keluarga atau hereditas
-
Transmisi dan penularan interpersonal
-
Krisis situasi dan maturasi
-
Stress
-
Penyalahgunaan zat
-
Ancaman kematian
-
Ancaman atau perubahan pada status peran,
fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau pola
interaksi
-
Ancaman terhadap konsep diri
-
Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan
tujuan hidup yang esensial,
-
Kebutuhan yang tidak terpenuhi
|
NOC
·
Tingkat ansietas
·
Pengendalian diri terhadap ansietas
·
Konsentrasi
·
Koping
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan ....x 24 jam ansietas yang berkurang yang dapat dibuktikan ;
·
Tingkat ansietas
Ø Memiliki tanda vital dalam
batas normal
·
Pengendalian diri terhadap ansietas
Ø Mengidentifikasikan gejala
yang merupakan indikator ansietas pasien sendiri
·
Koping
Ø Meneruskan aktivitas yang
dibutuhkan meskipun mengalami kecemasan
Ø Mengkomunikasikan
kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat
·
Konsentrasi
Ø Menunjukkan kemampuan
untuk berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang baru
|
Penurunan
ansietas
Ø Menentukan kemampuan
pengambilan keputusan pasien
Ø Berikan obat untuk
menurunkan ansietas, jika perlu
Ø Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
Ø Nyatakan dengan jelas
tentang harapan perilaku pasien
Ø Dampingi pasien
Ø Jaga peralatan perawatan
jauh dari pandangan pasien
Ø Bantu pasien untuk
mengidentifikasikan situasi yang mencetuskan ansietas
Dukungan emosi
Ø Gali bersama pasien tenang
tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas dimasa lalu
Ø Berikan penguatan positif
ketika pasien mampu menurunkan aktivitas lainnya meskipun mengalami ansietas
Koping
Ø Beri dorongan kepada
pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan pasien
Ø Bantu pasien untuk
memfokuskan pada situasi saat ini
Ø Dorong pasien untuk
mengekpresikan kemarahan dan iritasi, serta izikan pasien untuk menangis
Tehnik menenangkan diri
Ø Sediakan pengalihan
melalui tv, radio, permainan, serta terapi okupasi
Ø Pada saat ansietas berat,
dampingi pasien dan bicara dengan tenang
Ø Kurangi rangsangan yang
berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Ø Singkirkan sumber-sumber
ansietas jika memungkinkan
HE
Ø Buat rencana penyuluhan
dengan tujuan yang realistis
Ø Berikan informasi mengenai
sumber komunitas yag tersedia
Ø Informasikan tentang
gejala ansietas
Ø Ajarkan anggota keluarga
bagaiamana membedakan serangan panik dan gejala penyakit fisik
Ø Instruksikan pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Ø Jelaskan semua prosedur
serta sensai yang biasanya dialami selama prosedur
|
Intra Operatif
Daftar diagnosa
|
NOC
|
NIC
|
Resiko Infeksi
Kelas :
Domain :
Definisi : Definisi
: Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor
resiko :
- Prosedur Infasif
-
Trauma
-
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan
-
Agen farmasi (imunosupresan)
-
Peningkatan paparan lingkungan patogen
-
Ketidakadekuatan imum buatan
-
Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan
Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
-
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit
tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
|
-
Immune Status
-
Knowledge : Infection control
-
Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24
jam diharapkan klien terhindar dari resiko infeksi dengan Kriteria Hasil :
- Klien
bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Jumlah
leukosit dalam batas normal
|
Infection
Control (Kontrol infeksi)
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik isolasi
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
kperawtan
- Gunakan
baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
alat
- Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection
Protection (proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
- Laporkan kecurigaan infeksi
|
Post operasi
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
dan Kriteri Hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Nyeri akut
Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan
istilah seperti (International Association for the Study of Pain); awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari
enam bulan.
Batasan karakteristik
·
Subjektif
Ø Melaporkan atau
mengungkapkan secara verbal (nyeri) dengan isyarat
·
Objektif
Ø Posisi untuk menghindari
nyeri
Ø Perubahan tonus oto (dari
rentang lemas tidak bertenaga sampai kaku)
Ø Perubahan selera makan
Ø Perilaku distraksi (misal
; mondar-mandir, mencari orang, akivitas berulang)
Ø Wajah topeng (nyeri)
Ø Perilaku menjaga dan sifat
melindungi
Ø Bukti nyeri yang dapat
diamati
Ø Berfokus pada diri sendiri
Ø Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab cedera (misalnya
biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
|
NOC:
1.
Tingkat kenyamanan
2.
Kontrol nyeri
3.
Tingkat nyeri
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam nyeri
klien teratasi, dengan indicator:
· Tingkat kenyamanan.
Ø Dapat melakukan aktivitas seperti biasa tanpa harus merasakan nyeri.
· Kontrol nyeri
Ø Mampu mengenali faktor
penyebab
Ø Mampu melaporkan gejala pada
tenaga kesehatan
Ø Mampu mengenali
gejala-gejala nyeri
· Tingkat nyeri
Ø Mampu melaporkan adanya
nyeri, frekuensi nyeri dan episode lamanya nyeri.
Tanda-tanda vital kembali normal.
|
Manajemen nyeri
Ø Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik
dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan
faktor-faktor presipitasi.
Ø Gunakan komunkasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
Ø Kaji tingkat keetidaknyamanan pasien dan catat perubahan dalam catatan
medik dan informasikan kepada seluruh tenaga yang menangani pasien
Ø Tentukan dampak dari
ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas
kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran.
Ø Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (ex: temperatur ruangan, penyinaran, dll).
Ø Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien.
Ø Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
Ø Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri (farmakologi,
nonfarmakologi, dan interpersonal).
Ø Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tenaga profesional lain untuk
memilh tenik non farmakologi
Pemberian analgetik
Ø Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian
analgetik.
Ø Kaji adanya alergi obat.
Ø Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik saat pertama kali atau jika
muncul tanda yang tidak biasanya.
Ø Kaji kebutuhan akan
kenyamanan atau aktivitas lain yang membantu relaksasi untuk memfasilitasi
respon analgetik.
Ø Evaluasi kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam pemilihan jenis
analgetik, rute, dan dosis yang akan digunakan.
Ø Pilih analgetik atau
kombinasi analgetik yang sesuai ketika menggunakan lebih dari satu obat.
Ø Tentukan pilihan jenis
analgetik (narkotik, non-narkotik, atau NSAID/obat anti inflamasi non
steroid) bergantung dari tipe dan beratnya nyeri.
Ø Berikan analgetik sesuai jam pemberian.
Ø Dokumentasikan respon analgetik dan efek yang muncul.
Ø Kolaborasikan dengan
dokter jika obat, dosis, dan rute pemberian, atau perubahan interval
diindikasikan, buat rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip kesamaan
analgetik
HE
Ø
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang
harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus ketika meminum obat tersebut
Ø
Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawar
jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
Ø
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
Ø
Perbaiki kesalahan presepsi terhadap analgesik narkotik
Ø
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung
Ø
Ajarkan penggunaan tenik nonfarmakologis
|
2.
|
Resiko infeksi
Definisi
Resiko infeksi
adalah beresiko terhadap infeksi organisme patogen
Faktor resiko
Penyakit
kronis
Penekanan
sistem imun
Ketidakadekuatan
imunitas dapatan
Pertahanan primer
tidak adekuat (misalnya kulit luka,trauma jaringan,penurunan kerja silia,
statis airan tubuh, perubahan pH sekresi, dan gangguan peristalsis)
Pertahanan
lapis kedua yang tidak memadai (misalnya hemoglobin trun, leukopenia, supresi
respon inflamasi)
Peningkatan
pemajanan lingkungan terhadap patogen
Prosedur
infasif
Malnutrisi
Agen farmasi
Kerusakan
jaringan
trauma
|
NOC:
·
Status imun
·
Keparahan infeksi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan ....x 24 jam faktor resiko
infeksi akan hilang di buktikan oleh
Status imun :
·
Memperlihatkan hygine personal yang adekuat
·
Mengindikasikan kasus gastrointestinal,
pernapasan, genito urinaria dan imun dalam batas normal.
Keparahan
infeksi :
·
Terbebas dari gejala dan tanda infeksi
·
Menggambarkan faktor yang menunjang penularan
infeks
·
Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta
mengikuti prosedur screaning dan pemantauan
|
Pengendalian infeksi
Ø Berikan terapi antibiotik,
bila diperlukan
Ø Bersihkan lingkungan
dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien
Ø Pertahankan tehnik
isolasi, bila diperlukan
Ø Terapkan kewaspadaan
universal
Ø Batasi jumlah pengunjung
bila diperlukan
Perlindungan infeksi
Ø Pantau tanda dan gejala
infeksi ( misal; suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka
sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise)
Ø Lindungi pasien terhadap
kontaminasi silang dan tidak menugaskan perawat yang sama untuk pasien yang
lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawat dan pasien
Pengendalian infeksi
Ø Kaji faktor yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
HE
Ø Jelaskan pada pasien dan
keluarga mengapa sakit atau terapi menigkatkan resiko infeksi
Ø Instruksikan untuk menjaga
higiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
Ø Ajarkan pasien cara
mencuci tangan yang benar
Ø Ajarkan kepada pengunjung
untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien
|
5.
|
Defisiensi pengetahuan
Definisi
Tidak ada atau kurang
informasi kognitif tentang topik tertentu
Batasan karakteristik
·
Subjektif
Ø Mengungkapkan masalah
secara verbal
·
Objektif
Ø Tidak mengikuti instruksi
yang diberikan secara akurat
Ø Perfoma uji tidak akurat
Ø Perilaku yang tidak sesuai
atau telalu berlebihan
Faktor yang berhubungan
·
Keterbatasan kognitif
·
Kesalahan dalam memahami informasi yang ada
·
Kurang pengalaman
·
Kurang perhatian didalam belajar
·
Kurang kemampuan mengingat kembali
·
Kurang familier dengan sumber-sumber informasi
|
NOC
Pengetahuan
Setelah di
lakukan tindakan keperawatan ....x 24 jam pasien dapat menunjukkan
pemahamannya tentang penyakit yang dapat dibuktikan ;
·
Pengetahuan:
Ø
Pasien
dan keluarga akan mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan
tentang program terapi
Ø
Pasien
akan memperlihatkan kemampuan
|
Penyuluhan individual
Ø Tentukan kebutuhan belajar
pasien
Ø Lakukan penilaian terhadap
tingkat pengetahuan pasien saat ini
Ø Tentukan kemampuan pasien
untuk mempelajari informasi khusus
Ø Tentukan motivasi pasien
untuk mempelajari informasi tertentu
Penyuluhan : prosedur/terapi
Ø Beri informasi tentang
sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien dalam mempertahankan
program terapi
Ø Rencanakan penyesuaian
dalam terapi bersama pasien dan dokter untuk memfasilitasi kemampuan pasien
untuk mengikuti program terapi
HE
Ø Beri penyuluhan sesuai
dengan tingkat pemahaman pasien
Ø Bina hubungan saling
percaya
Ø Gunakan berbagai
pendekatan penyuluhan, rekomendasi, dan berikan umpan balik secara verbal dan
tertulis
Ø Beri waktu pada pasien
untuk mengajukan beberapa pertanyaan
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. Pedoman Penatalaksanaan BPH Di Indonesia. (PDF)
Prosiding
Seminar Nasional Animus. 2010. Faktor-faktor
resiko terjadinya prostat jinak (PDF). Semarang
Sunardi. 2008.
Benign Prostate Hyperplasia (PDF)
USU. 2009. Tinjauan kepustakaan BPH (PDF)
Wilkinson M.
Judith & Nancy R. Ahern. 2012. Buku
saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC
YPSS. 2009. Laporan pendahuluan tentang benigna prostat
hypertropi (PDF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar