LAPORAN PENDAULUAN
ISPA PADA ANAK
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
ISPA atau infeksi saluran pernafasan
akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas
laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah
secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15).
2. Etilogi
1.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi
penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus
influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
2.
.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang
anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum
sempurna.
3.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menimbulkan risiko serangan ISPA.
4.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan
antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
5.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat
kesaluran pernapasannya.
3. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA
dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai
antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan
saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan
Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).
Perjalanan alamiah penyakit ISPA
dibagi 4 tahap yaitu :
-
Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada
tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
-
Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel
dan lapisan mukosa karena nya tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan
daya tahan sebelumnya rendah.
-
Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya
gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
-
Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat
yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan
meninggal akibat pneumonia.
4. Manifestasi Klinis
-
Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah
sebagai berikut:
a.
Batuk
b.
Nafas cepat
c.
Bersin
d.
Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
e.
Nyeri kepala
f.
Demam ringan
g.
Tidak enak badan
h.
Hidung tersumbat
i.
Kadang-kadang sakit saat menelan
-
Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
a.
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea,
napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung,
cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia,
bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
c.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah
terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat
banyak
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah
proses yang paling sering digunakan dalam menegakkan diagnosis pada gangguan
pernapasan atas.
-
Kultur : Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme yang menyebabkan faringitis.
-
Biopsi : Prosedur biopsi mencakup tindakan
mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh, dilakukan untuk memungkinkan
pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga hidung.
-
Pemeriksaan pencitraan
termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X
jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan dengan zat kontras dan MRI (pencitraan
resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian
integral dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi.
6. Penatalaksanan
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA
akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak
mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan
kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai
bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
-
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
-
Immunisasi.
-
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
-
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
-
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
-
Meningkatkan makanan bergizi
-
Bila demam beri kompres dan banyak minum
-
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan
lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
-
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang
cukup tipis tidak terlalu ketat.
-
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan
dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Penatalaksanaan Medis
-
Medikasi : gunakan semprot hidung atau tetes
hidung dua atau tiga kali sehari atau sesuai yang diharuskan untuk mengatasi
gejala hidung tersumbat.
-
Diberikan antibiotik apabila penyebabnya adalah
bakteri.
7. Komplikasi
SPA (saluran pernafasan akut ) sebenarnya
merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak
terjaidi infasi kuman lain, tetapi penyakit ispa yang tidak mendapatkan
pengibatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti :
sinusitis paranosal, penutupan tuba eustachii, laryngitis, tracheitis,
bronchitis, dan brhoncopneumonia dan berlanjut pada kematian karna adanya
sepsis yang meluas
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa
medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain.
b.
Riwayat Kesehatan
·
Riwayat penyakit sekarang
biasanya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
·
Riwayat penyakit dahulu
biasanya klien sebelumnya sudah
pernah mengalami penyakit ini
·
Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga
yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
·
Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal
di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
c.
Pemeriksaan fisik
-
Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah
letih, lemah atau sakit berat.
-
Tanda vital :
-
Kepala :
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah
ada kelainan atau lesi pada kepala
-
Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah
pucat/tidak.
-
Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan
konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan
apakah ada gangguan dalam penglihatan
-
Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak,
ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan
apakah ada gangguan dalam penciuman
-
Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa
kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah,
apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
-
Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar
tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis
-
Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak,
kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam
pernafasan. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
-
Inspeksi
Membran mukosa- faring tamppak
kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut dan leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung
-
Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar
limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran
kelenjar tyroid
-
Perkusi
Suara paru normal (resonance)
-
Auskultasi
Suara nafas terdengar ronchi pada
kedua sisi paru
-
Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit
kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa
kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising
usus/tidak.
-
Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin,
distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan
penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora,
biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
-
Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit
utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit,
apakah kulit teraba panas.
-
Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau
tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.
2. Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.
Ketidakefektifan Pola Nafas
3.
Gangguan pertukaran gas
4.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5.
Hipertermi
6.
Nyeri akut
3. Intervensi Keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Bersihan jalan napas tidak
efektif
Definisi
:
Ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Batasan
Karakteristik:
ü Dispneu,
Penurunan suara nafas
ü Orthopneu
ü Cyanosis
ü Kelainan
suara nafas (rales, wheezing)
ü Kesulitan
berbicara
ü Batuk,
tidak efekotif atau tidak ada
ü Mata
melebar
ü Produksi
sputum
ü Gelisah
ü Perubahan
frekuensi dan irama nafas
Faktor-Faktor yang
berhubungan:
ü Lingkungan
: merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
ü Fisiologis
: disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas,
asma.
ü Obstruksi
jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda
asing di jalan nafas.
|
NOC:
v Respiratory
status : Ventilation
v Respiratory
status : Airway patency
v Aspiration
Control
Tujuan dan
Kriteria Hasil: setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam bersihan jalan napas tidak efektof
teratasi/ berkurang dengan indicator :
·
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
·
Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
·
Mampu
mengidentifikasi-kan dan mencegah
factor yang dapat menghambat jalan nafas
|
NIC
Airway Manajemen
1.
Monitor status
oksigen pasien
2.
Auskultasi suara
nafas sebelum dan sesudah suctioning.
3.
Pastikan kebutuhan
oral / tracheal suctioning
4.
Minta klien nafas
dalam sebelum suction dilakukan.
5.
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
6.
Gunakan alat yang
steril sitiap melakukan tindakan
7.
Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi
O2, dll.
Airway
Management
8.
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan
9.
Monitor respirasi
dan status O2
10. Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
11. Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12. Buka
jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jawthrust bila perlu
13. Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
14. Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
15. Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
16. Berikan
bronkodilator bila perlu
HE
17. Ajarkan
keluarga bagaimana cara melakukan suksion
18. Anjurkan
pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
19. Informasikan
pada klien dan keluarga tentang suctioning
|
2.
|
Ketidakefektifan Pola Nafas
Definisi
inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan
ventilasi yang adekuat
batasan
karakteristik
ü Penurunan kapasitas
vital
ü Penurunan tekanan
inspirasi
ü Penurunan tekanan
ekspirasi
ü Perubahan gerakan
dada
ü Napas dalam
ü Napas cuping hidung
ü Fase ekspirasi yang
lama
ü Penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas
Faktor yang berhubungan
ü Posisi tubuh
ü Deformitas dinding
dada
ü Kerusakan kognitif
ü Kerusakan
muskuloskeletal
ü Disfungsi
neuromuskular
|
Status Pernapasan: Kepatenan Jalan
Napas
Status Pernapasan: Ventilasi
Status Tanda-Tanda Vital
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ...x24 jam klien dapat menunjukkan efektifnya pola nafas dengan
kriteria hasil:
ü
Klien tidak menunjukkan sesak
nafas
ü
Tidak adanya suara nafas tambahan
ü
Klien menunjukkan frekuensi nafas
dalam rentang normal
ü
Perkembangan dada simetris
ü
Tidak menggunakan otot pernafasan
tambahan
|
Memfasilitasi Jalan Nafas
ü Membuka jalan nafas
dengan cara dagu diangkat atau rahang ditinggikan.
ü Memposisikan pasien
agar mendapatkan ventilasi yang maksimal.
ü Mengidentifikasi
pasien berdasarkan penghirupan nafas yang potensial pada jalan nafas
ü Memberikan terapi
fisik pada dada
ü Mengeluarkan sekret
dengan cara batuk atau penyedotan
ü Mendengarkan bunyi
nafas, mancatat daerah yang mangalami penurunan atau ada tidaknya ventilasi
dan adanya bunyi tambahan
ü Memberikan oksigen
yang tepat
Pemantauan pernafasan
ü Monitor tingkat,
irama, kedalaman, dan upaya bernapas
ü Catat pergerakan
dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot bantu, dan retraction otot
intercostals dan supraclavicular
ü Palpasi ekspansi
paru-paru di kedua sisi (kiri-kanan)
ü Tentukan kebutuhan
untuk suction
ü Monitor bila ada
kelelahan dari otot diafragma
ü Lakukan pengobatan
terapi pernapasan (seperti nebulizer) jika dibutuhkan
Peningkatan Batuk
ü Memeriksa hasil tes
fungsi paru-paru, bagian dari kapasitas vital, kekuatan inspirasi maksimal,
kekuatan volume ekspirasi dalam 1 detik (FEV1), dan FEV1/FVO2
ü Pada waktu pasien
batuk, perut bagian bawah xiphoid dipadatkan dengan telapak tangan ketika
membantu pasien untruk fleksi
ü Menginstruksikan
pasien untuk batuk yang dimulai dengan penghirupan nafas secara maksimal
Ventilasi Mekanik
ü Memeriksa kelelahan
otot pernafasan
ü Memeriksa gangguan
pada pernafasan
ü Merencanakan dan
mengaplikasikan ventilator
ü Memeriksa
ketidakefektifan ventilasi mekanik baik keadaan fisik maupun mekanik
ü Memastikan
pertukaran ventilasi setiap 24 jam
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
ü Memeriksa tekanan
darah ,nadi, suhu tubuh, dan pernapasan dengan tepat.
ü Mencatat
kecenderungan dan pelebaran fluktuasi dalam tekanan darah.
ü Mendengarkan dan
membandingkan bunyi tekanan darah di kedua lengan dengan tepat.
ü Memeriksa dengan
tepat tekanan darah denyut nadi, dan pernapasan sebelum, selama, dan sesudah
beraktivitas.
Kolaborasi
ü Pemberian obat anti
lumpuh, obat bius, dan narkotik analgesic
HE
ü Menginstruksikan bagaimana
batuk yang efektif
ü
Mengajarkan pasien bagaimana penghirupan
|
3.
|
Gangguan Pertukaran gas
Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli
Batasan karakteristik :
-
Gangguan penglihatan
-
Penurunan CO2
-
Takikardi
-
Hiperkapnia
-
Keletihan
-
Somnolen
-
Iritabilitas
-
Hypoxia
-
Kebingungan
-
Dyspnoe
-
nasal faring
-
AGD Normal
-
sianosis
-
warna kulit abnormal (pucat,
kehitaman)
-
Hipoksemia
-
hiperkarbia
-
sakit kepala ketika bangun
-
frekuensi dan kedalaman nafas
abnormal
Faktor faktor yang berhubungan :
-
ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
-
perubahan membran kapiler-alveolar
|
-
Respiratory Status : Gas exchange
-
Respiratory Status : ventilation
-
Vital Sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan tidak
terjadi gangguan pertukaran gas dengan Kriteria Hasil :
-
Mendemonstrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
-
Memelihara kebersihan paru paru
dan bebas dari tanda tanda distress Pernafasan
-
Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-
Tanda tanda vital dalam rentang
norma
|
Airway Management
1.
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2.
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3.
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4.
Pasang mayo bila perlu
5.
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
6.
Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
7.
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
8.
Lakukan suction pada mayo
9.
Berika bronkodilator bial perlu
10.
Barikan pelembab udara
11.
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12.
Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
13.
Monitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
14.
Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
15.
Monitor suara nafas, seperti
dengkur
16.
Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
17.
Catat lokasi trakea
18.
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan paradoksis)
19.
Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
20.
Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
21.
auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui hasilnya
|
4.
|
Resiko Ketidakseimbangan nutrisi tubuh : kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi
Ketidakseimbangan
nutrisi adalah resiko asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan
metabolik.
Batasan Karakteristik
ü Persepesi
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
ü Kekurangan makanan
ü Tonus otot buruk
ü Kelemahan otot yang
berfungsi untuk menelan atau mengunyah
Faktor yang berhubungan
ü Ketidakmampuan
untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap nurtien akibat faktor
biologi :
ü Penyakit kronis
ü Kesulitan mengunyah
atau menelan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x24 jam klien menunjukkan nutrisi sesuai dengan
kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil:
ü Laporkan
nutrisi adekuat
ü Masukan
makanan dan cairan adekuat
ü Energi
adekuat
ü Massa
tubuh normal
ü Ukuran
biokimia normal
Dengan
skala :
1
= Sangat kompromi
2
= Cukup kompromi
3
= Sedang kompromi
4
= Sedikit kompromi
5 = Tidak kompromi
|
Nutritiont Management
1.
Kaji makanan yang disukai oleh klien
2.
Kaji adanya alergi makanan
3.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori.
4.
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
5.
Pantau adanya mual atau muntah.
6.
Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
8.
Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
9.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi
anak dengan sindrom nefrotik.
Weight Management
10.
Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake
makanan, latihan, peningkatan BB dan penurunan BB.
11.
Diskusikan bersama pasien mengani kondisi medis yang dapat
mempengaruhi BB
12.
Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup
dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB
13.
Diskusikan bersama pasien mengenai
risiko yang berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan BB
14.
Perkirakan BB badan ideal pasien
Weight reduction Assistance
15. Fasilitasi keinginan pasien untuk menurunkan BB
16. Perkirakan bersama pasien mengenai penurunan BB
17. Tentukan tujuan
penurunan BB
18. Beri pujian/reward
saat pasien berhasil mencapai tujuan
HE
19. Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan
20. Ajarkan pemilihan
makanan
21. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
22. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
23. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
24. Anjurkan klien
untuk makan sedikit namun sering.
25. Anjurkan keluarga
untuk tidak membolehkan anak makan-makanan yang banyak mengandung garam.
|
5.
|
hipertermi
Definisi : suhu tubuh naik
diatas rentang normal
Batasan Karakteristik:
-
kenaikan suhu tubuh
diatas rentang normal
-
serangan atau
konvulsi (kejang)
-
kulit kemeraha
-
pertambahan RR
-
takikardi
-
saat disentuh tangan
terasa hangat
Faktor faktor yang berhubungan :
-
penyakit/ trauma
-
peningkatan
metabolisme
-
aktivitas yang
berlebih
-
pengaruh
medikasi/anastesi
-
ketidakmampuan/penurunan
kemampuan untuk berkeringat
-
terpapar
dilingkungan panas
-
dehidrasi
-
pakaian yang tidak
tepat
|
Thermoregulation
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali
normal dengan Kriteria Hasil :
-
Suhu tubuh dalam
rentang normal
-
Nadi dan RR dalam
rentang normal
-
Tidak ada perubahan
warna kulit dan
tidak ada pusing
|
Fever treatment
-
Monitor suhu
sesering mungkin
-
Monitor warna dan
suhu kulit
-
Monitor tekanan
darah, nadi dan RR
-
Monitor penurunan
tingkat kesadaran
-
Monitor WBC, Hb, dan
Hct
-
Monitor intake dan
output
-
Berikan anti piretik
-
Berikan pengobatan
untuk mengatasi penyebab demam
-
Selimuti pasien
-
Berikan cairan
intravena
-
Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
-
Tingkatkan sirkulasi
udara
-
Berikan pengobatan
untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature
regulation
-
Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
-
Rencanakan
monitoring suhu secara kontinyu
-
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
-
Ajarkan pada pasien
cara mencegah keletihan akibat panas
Vital sign
Monitoring
-
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
-
Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
-
Monitor pola
pernapasan abnormal
-
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
-
Monitor sianosis
perifer
-
Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
6.
|
Nyeri akut
Definisi:
Sensori yang tidak menyenangkan
dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan
jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional):serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan
karakteristik:
ü Mengungkapkan
secara verbal atau melaporkan dengan isyarat
ü Posisi
untuk menghindari nyeri
ü Mengkomunikasikan
deskriptor nyeri (misalnya rasa tidak nyaman).
Faktor yang
berhubungan :
ü Agen-agen
penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik dan psikologis.
|
NOC :
v Pain
Level,
v pain
control,
v comfort
level
Tujuan
dan kriteria hasil :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri berkurang atau
terkontrol.
·
Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
·
Menggunakan tehnik
nonfarmakologi
·
untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
·
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·
Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·
Menyatakan rasa
nyaman setelah
·
nyeri berkurang
·
Tanda vital dalam
rentang normal
|
NIC
Pain Management
1.
Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas
dan faktor presipitasi
2.
Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
3.
Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
4.
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan intervensi
5.
Monitor penerimaan
klien tentang manajemen nyeri
6.
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
7.
Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
8.
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
9.
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
10. Tingkatkan
istirahat
11. Pilih
dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi dan inter personal)
12. Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
13. Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic
Administration
14. Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
15. Cek
instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
16. Cek
riwayat alergi
17. Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
18. Pilih
analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
19. Evaluasi
efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
20. Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
21. Tentukan
analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
22. Pilih
rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
23. Berikan
analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
HE :
24.
Instrusikan pasien untuk menginformasikan kepada peraway jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
25.
Informasikan kepada klien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
26.
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung, dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
|
Referensi
Brunner and Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta :
EGC.
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
Media Aesculapius FKUI : Jakarta.
Price A, Sylvia, dkk, 2012. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.
EGC: Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC,
kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
ijin copas
BalasHapussangat bagus artikelnya
BalasHapuslangsung bisa kopas untuk tugas kuliah,